Mohon tunggu...
Dedy Pratama
Dedy Pratama Mohon Tunggu... Jurnalis - Seorang yang akan terus belajar dari hikmah dan pengalaman kehidupan

Aku hanya bagian dari kisah serial puzzle kehidupan. Terus belajar dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Kurnia, Perawat di Ujung Tanduk

12 April 2020   10:47 Diperbarui: 13 April 2020   19:49 1719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay/Engin Akyurt

"Nek kenek kuman iku, iso mati nduk?" tanya ibunya dalam keadaan serius dan bingung.
"Kalau kena kuman, bisa mati nak?"

Kurnia hanya membalasnya dengan senyum, "Wes bu ayo turu. Sesok aku jek dinas iki."
"Sudah bu ayo tidur. Besok aku masih dinas."

Semenjak semalam, pertanyaan yang menggantung itu tak dijawab. Ibunya kini memendam kecemasan terhadap putri semata wayangnya.

"Bu, kok ngelamun to," tegur suaminya.
"Bu, kok melamun".

"Eh kok wes muleh pak?" tanya istrinya heran. Jam menunjukkan pukul 10 lewat. Biasanya suaminya pulang selepas zuhur.
"Eh kok sudah pulang pak?"

"Iya, awakku kok kesel kabeh yo," suaminya memberi alasan.
"Iya, badanku capek semuah."


"Ya uwes, istirahat."
"Ya sudah istirahat."

"Anak'e wes budal?"
"Anaknya sudah berangkat?"

"Sampun pak." Jawab istrinya, sembari menghidangkan teh hangat.
"Sudah pak."

Kini telah beberapa hari berlalu. Kurnia juga belum pulang ke rumah. Tak seperti biasanya. Ia selalu memberi kabar disela-sela waktu istirahatnya.

Ibu dan bakapnya kini berharap cemas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun