"Nek kenek kuman iku, iso mati nduk?" tanya ibunya dalam keadaan serius dan bingung.
"Kalau kena kuman, bisa mati nak?"
Kurnia hanya membalasnya dengan senyum, "Wes bu ayo turu. Sesok aku jek dinas iki."
"Sudah bu ayo tidur. Besok aku masih dinas."
Semenjak semalam, pertanyaan yang menggantung itu tak dijawab. Ibunya kini memendam kecemasan terhadap putri semata wayangnya.
"Bu, kok ngelamun to," tegur suaminya.
"Bu, kok melamun".
"Eh kok wes muleh pak?" tanya istrinya heran. Jam menunjukkan pukul 10 lewat. Biasanya suaminya pulang selepas zuhur.
"Eh kok sudah pulang pak?"
"Iya, awakku kok kesel kabeh yo," suaminya memberi alasan.
"Iya, badanku capek semuah."
"Ya uwes, istirahat."
"Ya sudah istirahat."
"Anak'e wes budal?"
"Anaknya sudah berangkat?"
"Sampun pak." Jawab istrinya, sembari menghidangkan teh hangat.
"Sudah pak."
Kini telah beberapa hari berlalu. Kurnia juga belum pulang ke rumah. Tak seperti biasanya. Ia selalu memberi kabar disela-sela waktu istirahatnya.
Ibu dan bakapnya kini berharap cemas.