Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gerakan Karismatik Pentakosta

16 Juli 2020   20:16 Diperbarui: 16 Juli 2020   20:17 2131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pengantar

Tuhan Yesus pernah berjanji akan senantiasa menyertai umat-Nya hingga akhir zaman (lihat Mat 28:20b). Itu Ia janjikan saat sebelum Ia naik ke surga. Saat-saat itu, yaitu saat sebelum naik ke surga merupakan saat bagi Yesus untuk mempersiapkan para Rasul dan juga Gereja tentunya dalam menjalani kehidupan di dunia ini yaitu tetap berteguh dalam iman, pengharapan dan kasih. 

Dalam semuanya itu, Yesus berjanji untuk mengutus Roh Kudus yang akan senantiasa menemani peziarahan para murid di dunia ini. Untuk menjaga agar janji itu tetap hidup banyak upaya yang telah dilakukan oleh Gereja. Kemunculan Gerekan Karismatik adalah salah satunya. Gerakan ini mencoba menggalakkan kembali semangat iman pada janji Yesus tersebut dengan menekankan semangat Roh Kudus yang memang telah diutus oleh Yesus kepada para murid sejak awal mula. Inilah yang menjadi pembahasan dalam paper sederhana ini, yaitu kemunculan Gerakan Karismatik sebagai upaya dalam menggalakkan pengalaman hidup rohani umat bersama dengan Tuhan dengan fokus utama pada karya-karya Roh Kudus itu sendiri.

Sejarah Kemunculan

Gerakan Karismatik lahir di Amerika pada abad ke-20. Gerakan ini boleh disebut sebagai gerakan-gerakan lanjutan dari beberapa gerakan yang memiliki semangat yang hampir sama,  yaitu mengutamakan pekerjaan Roh. Awalnya, pada abad II,III lahir gerakan Montanisme. Gerakan ini belum memiliki pengaruh yang berarti pada kemunculan gerekan Karismatik, namun dapat dilihat kaitan kedua gerakan tersebut.[1]

Gerakan yang memiliki pengaruh dekat dengan gerakan Karismatik baru muncul pada abad ke-18 yaitu lahirnya Gereja Metodis yang didirikan oleh seorang pendeta Inggris bernama John Wesley (1703-1791). John Wesley mengatakan bahwa kehidupan orang Kristen dilalui dengan dua tahap. Tahap yang pertama ialah Pembenaran dan permulaan Pengudusan dan tahap kedua ialah Pengudusan yang sempurna.

Pemikiran John Wesley yang menjadi paham dari Metodisme tersebut mendapat kelanjutan di abad ke-19 lewat lahirnya Gerekan Kekudusan (Holiness Movement) di Amerika. Gerekan tersebut dirintis oleh seorang dosen pada sebuah seminari di Oberlin, Ohio (USA) yang bernama Charles Grandison Finney sekitar tahun 1840. Dalam bukunya yang berjudul "The Baptism of the Holy Ghost", ia memberikan perbedaan pekerjaan Roh Kudus pada diri orang yang bertobat dan pada orang yang dikuduskan. Menurutnya, pekerjaan Roh Kudus pada diri orang yang bertobat itu berbeda dengan orang yang dikuduskan. Dengan mengatakan demikian, ia menyebutkan bahwa ada dua baptisan yang diterima oleh orang Kristen yaitu baptisan pertobatan sebagai baptisan pertama kali diterima dan baptisan pengudusan yang disebut Baptisan Roh.

Pandangannya tentang kedua jenis baptisan tersebut juga menjadikan orang Kristen dua golongan. Golongan pertama ialah orang-orang Kristen yang belum menerima baptisan Roh, dan golongan ini merupakan golongan terbesar. Mereka baru berada pada tahap pertobatan dan belum belum mengalami pengudusan. Golongan kedua ialah mereka yang telah menerima baptisan Roh, dengan demikian mereka telah mengalami pengudusan, hidup mereka telah disucikan.

Menjelang akhir abad ke-19 lahirlah Gerakan Pentakosta (Pentecostal Movement) yang diprakarsai oleh mahasiswa-mahasiswa dari sebuah Sekolah Alkitab di Topeka (Kansas). Awalnya mereka menyelidiki di dalam Alkitab tentang baptisan Roh, dan dalam tuntunan seorang dosen, mereka sampai kepada kesimpulan bahwa orang yang mampu berbahasa Roh (Glossolalia) ada tanda bahwa orang tersebut telah menerima baptisan Roh. Prinsip ini menjadi ciri khasi Gerekan Pentakosta dan karunia-karunia Roh (kharismata) yang disebut dalam 1 Kor 12:8-10 dipraktikkan dalam ibadat-ibadat gerakan tersebut.

Kemunculan Gerakan Pentakosta ini merupakan suatu gerakan pemenuhan, yang mereka sebut sebagai baptisan, dengan Roh Kudus dan pembicaraan dengan bahasa Roh. Sejak kemunculannya, Gerekan ini segera menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Para penganut Gerakan ini memisahkan diri dari Gereja asal mereka dan membentuk suatu perkumpulan sendiri yang disebut sebagai Gereja Pentakosta.

Dalam perjalanan waktu, ide dan praktik-praktik Gereja Pentakosta ini mendapat banyak perhatian dari orang-orang yang berada di luar Gereja tersebut. Mereka mulai mempraktikkannya namun tidak memisahkan diri dengan gereja asal. Peristiwa tersebut terjadi pada 1960-1967. Dalam waktu yang relatif singkat, terdapat banyak kelompok-kelompok doa yang berusaha mencari pengalaman karismatis baru dan banyak di antara mereka yang mengklaim bahwa mereka benar-benar memperoleh apa yang mereka cari. Untuk membedakan gerakan ini dengan Gerakan Pentakosta yang lama, ia biasanya disebut sebagai New Pentacostalism (Pentakosta Baru).[2]

 

Gerakan Karismatik merupakan gerakan yang hadir dalam gereja. Gerekan itu telah menjadi suatu gerakan yang penuh dinamika dalam abad ini yang lebih memberikan penekanan pada kuasa Roh Kudus, yang justru pada masa kini menjadi perhatian bagi pergumulan hidup-beriman gereja dalam hidup-bergereja untuk mewujudkan ketaatan hidup-beribadah umat Kristen. Penekanan utamanya ialah pekerjaan Roh Kudus dan manifestasi karunia-karunia serta ketaatan melakukannya dalam kekudusan hidup pribadi maupun dalam persekutuan yang melayani bersama-sama.

 

Selain itu, gerakan Karismatik merupakan suatu upaya persuasif bagi setiap orang Kristen untuk mengingat, menghadirkan dan mengalami ketiga janji Tuhan saat mengatakan akan mengutus Roh Kudus yaitu, meneguhkan iman, membawa sukacita meskipun dilanda penderitaan dan dengan keyakinan yang teguh membimbing orang kepada Kristus. Menurut kaum Karismatik, ketiga janji Tuhan ini seakan-akan telah diabaikan oleh banyak orang mengingat situasi zaman yang sungguh tidak melukiskan realisasinya, seperti pengembangan dunia tekhnologi yang lebih cenderung menyingkirkan manusia dari pada menjaganya dan membawa manusia pada situasi iman yang bisa berujung pada keraguan atas imannya. Pertanyaan yang muncul ialah bagaimana saya bisa yakin lagi bahwa Roh Kudus yang dijanjikan oleh Yesus itu benar-benar telah merasuki diriku? Jawaban atas pertanyaan tersebutlah yang memotivasi kemunculan gerakan Karismatik di dunia ini dengan menghidupkan kembali makna Baptisan dalam Roh, pengalaman keyakinan akan janji Tuhan yang pasti ditepati dan karunia-karunia Roh yang pernah dialami oleh para Rasul dalam buku Kisah Para Rasul. Oleh karena itu Gerakan Karismatik merupakan suatu perayaan bahwa Allah tidak melupakan janji-Nya, bahwa Ia adalah Allah yang Hidup dan berkomitmen untuk tetap menyertai manusia dalam segala peristiwa hidup yang mereka alami.

 

Ajaran Pokok

 

Berikut yang merupakan ajaran pokok dari Gerakan Karismatik:[3]

 

1. Berpusat pada Kristus

 

Pengalaman baptisan Roh Kudus secara konstan mengalami perjumpaan dengan Kristus. Pengalaman ini juga merupakan bentuk penyerahan total kepada Yesus dan penerimaan Yesus sebagai Tuhan. Kaum Karismatik menyakini bahwa Kristulah sebagai Pembaptis Roh Kudus dan bahwa Yesus hadir di dalam setiap peribadatan melalui Firman-Nya yang dibacakan. Kristus memberikan kesembuhan, membebaskan belenggu dosa, dan mengusir setan. Kaum Karismatik sangat gemar menyebut Yesus sebagai Juruselamatku pribadi sehingga memberi kesan pada penghayatan individualistik dan kurang melihat Yesus sebagai Juruselamat dunia yang menyelamatkan dan membarui seluruh aspek kehidupan manusia.

 

2. Kuasa Rohani

 

Kaum karismatik menerima kuasa rohani ketika mengalami baptisan Roh Kudus. Dengan kuasa tersebut mereka mampu mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, berani memberitakan Injil dan mempraktikkan karunia-karunia. Kuasa rohani akan dialami akibat kepatuhan terhadap Alkitab.

 

3. Pujian dan Penyembahan

 

Akibat dari baptisan Roh Kudus secara langsung ialah adanya luapan pujian dan penyembahan. Itu menunjukkan orang yang mengalaminya penuh dengan Roh Kudus. Orang yang penuh dengan Roh Kudus mempunyai kemampuan untuk memuliakan dan menyembah Allah sebagaimana yang tampak dalam lagu-lagu pujian Karismatik.

 

4. Komunikasi Langsung dengan Tuhan

 

Kaum Karismatik, baik dalam persekutuan maupun pribadi, sering mengungkapkan bahwa Allah berbicara kepadanya. Orang yang mengalami baptisan Roh mampu mendengar suara Tuhan dan bahkan dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Mereka mengalami bahwa Tuhan berkomunikasi dan menuntun mereka secara langsung melalui cara-cara yang menarik perhatian, membuat terkejut, membingungkan, dan menimbulkan rasa yang tidak senang dari orang Kristen lainnya. Lewat pengalaman ini mereka mengenal Allah sebagai Bapa yang penuh kasih, yang menyapa anak-anak-Nya dan menyatakan bahwa mereka adalah ahli waris-Nya.

 

5. Karunia-karunia Roh Kudus

 

Ciri-ciri gerakan Karismatik ialah karunia-karunia Roh (charismata), dan yang lebih ditekankan ialah glossolalia, nubuat dan penyembuhan.

 

6. Peperangan Rohani

 

Menurut Ed Murpy, seorang wakil presiden dan direktur dari International Ministry Team of Overseas Crusades, mengatakan bahwa peperangan tersebut adalah peperangan melawan dosa. Menurutnya, dosa berperang melawan manusia dan sebaliknya manusia juga harus berperang melawan dosa. Dosa dalam hal ini ialah dosa pribadi, dosa sosial maupun dosa supranatural. Sumber utama segala dosa ialah Iblis.

 

7. Penginjilan

 

Baptisan Roh Kudus bagi kaum Karismatik dipahami sebagai baptisan yang menggerakan dan memimpin kepada gerakan penginjilan. Dengan baptisan tersebut, kaum Karismatik terdorong untuk melakukan pemberitaan Injil kepada banyak orang. kaum Karismatik menyakini bahwa pemberitaan Injil sangat efektif dengan peperangan rohani dan dapat mengadakan peperangan rohani apabila dibaptis dan diurapi Roh Kudus.

 

8. Pengusiran Setan atau Pelayanan Pelepasan

 

Kaum Karismatik mempu melakukan pelayanan pelepasan atau pengusiran setan. Setan yang dimaksud di sini ialah roh jahat, penyakit, depresi dan sebagainya. Umumnya orang yang mempunyai pelayanan pelepasan menunjukkan kemampuan mengusir roh jahat. Inilah yang telah diabaikan selama berabad-abad, terutama sejak pemikiran ilmiah modern yang membuat orang percaya bahwa setan dan roh jahat itu tidak ada dan tidak nyata. Kaum Karismatik terdorong untuk menolong orang-orang dalam pembebasan dari kuasa kegelapan.

 

9. Pengharapan Akhir Zaman

 

Kaum Karismatik menyakini bahwa Yesus akan datang untuk kedua kalinya (Parusia). Para penulis Kitab Perjanjian Baru jelas mengharapkan peristiwa itu di dalam hidup mereka dan peristiwa itu belum terjadi. Karena itu pesan yang selalu digaungkan ialah supaya berjaga-jaga.

 

10. Kecintaan pada Alkitab

 

Selain menekankan karunia-karunia Roh Kudus, kaum Karismatik juga sangat mencintai Alkitab. Dikatakan bahwa mereka itu haus akan Alkitab. Mereka dikenal sebagai pembawa Alkitab.

 

Doktrin Utama

1. Baptisan Roh

1.1 Pengertian

 

Baptisan Roh atau Baptisan dengan Roh Kudus pertama-tama digunakan oleh Yohanes Pembaptis ketika ia bernubuat tentang Yesus; "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus" (Mrk 1:8, bdk. Yoh 1:33). Dalam Mat 3:11 dan Luk 3:16 termuat tambahan "dan dengan api". Yesus sendiri juga pernah mengatakan hal tersebut menjelang kenaikan-Nya ke surga; "Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus" (Kis 1:5). Nubuat tersebut digenapi pada saat Pentakosta (Kis 2) dengan landasan pemikiran dari Kis 11:15-16; "Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita. Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus". Dari Kis 11:15-16 ini dapat disimpulkan bahwa Baptisan Roh tidak terjadi hanya pada peristiwa Pentakosta tetapi terus-menerus dalam sejarah gereja dan juga berulang kali disebut dalam Perjanjian Baru dengan istilah-istilah yang berbeda.[4]

 

Bagi Kaum Karismatik, Baptisan Roh disebut sebagai baptisan kedua (second blessing). Mereka membedakannya dengan baptisan yang diterima pertama kali saat hendak masuk menjadi orang Kristen. Bagi mereka itu adalah baptisan pertobatan.

 

Dalam baptisan Roh, karya Roh Kudus dalam diri orang yang menerima adalah penuh atau sempurna. Bagi kaum Karismatik, orang yang telah mengalami baptisan Roh menunjukkan suatu kekayaan rohani yang sangat besar. Hal ini sesuai dengan istilah dibaptis di dalam Roh yang berarti diselamkan di dalam Roh, terbenam ke dalam kekayaan rohani yang sangat besar.

 

1.2 Tanda-tanda 

 

Manifestasi pertama dari kekayaan rohani itu adalah karunia bahasa Roh (glossolalia) yang kemudian disertai karunia-karunia yang lain. Jika bagi kalangan Pentakosta dikatakan bahwa bahasa Roh menjadi syarat mutlak untuk membuktikan bahwa sesorang telah menerima baptisan Roh, bagi kaum Karismatik lebih moderat. Mereka mengatakan bahwa karunia bahasa Roh bukan merupakan syarat mutlak.

 

Bagi Kaum Karismatik, tanda bahwa seseorang telah dibaptis dalam Roh ialah mengalami sukacita besar di dalam Tuhan yang sebelumnya tidak pernah dialami. Selain itu, timbul suatu keyakinan teguh bahwa Kristus berdiam di dalam hatinya. Orang yang mengalami baptisan Roh juga mengalami suatu kerinduan besar untuk berdoa, baik seorang diri maupun dalam persekutuan. Berdoa menjadi suatu kesukaan dan bukan lagi kewajiban.

 

Orang yang mengalami baptisan Roh melihat Kitab Suci sebagai suatu kitab yang baru. Selanjutnya, terdapat dalam diri suatu keberanian untuk bersaksi tentang Kristus dan untuk memenangkan (meraih) orang lain bagi Kristus, timbul suatu penyembahan spontan di dalam hati terhadap Kristus dengan mazmur-mazmur dan puji-pujian. Tanda yang terakhir ialah timbul suatu kesadaran yang kuat akan panggilan untuk hidup dengan suci dan untuk menghasilkan buah Roh yaitu kasih di dalam segala aspeknya.

 

Baptisan Roh terjadi atau baru diterima oleh orang beriman saat Yesus telah dimuliakan (Bangkit dari Mati dan naik ke surga) (bdk. Yoh 7:38,39). Menurut kelompok Karismatik tidak semua orang bisa menerimanya. Baptisan Roh hanya diberikan kepada orang yang sudah percaya dan mempunyai taraf iman yang lebih tinggi. Sementara orang yang baru percaya belum tentu bisa memperoleh Baptisan Roh. Orang yang memiliki taraf iman yang lebih tinggi menurut kaum Karismatik ialah orang Kristen Elite. Dasar perkataan mereka ialah 120 orang percaya yang mengalami Baptisan Roh (lih Kis1:15; 2:1,2). Mereka adalah orang-orang yang sudah lama mengikuti Yesus. Dasar lain dari pemahaman kelompok Karismatik ini ialah Baptisan Roh Kudus yang diterima oleh orang-orang Samaria melalui doa dan penumpangan tangan St. Petrus dan St. Yohanes (lih. Kis 8:14-17).

 

1.3 Bedanya dengan Pemenuhan Roh

 

Orang Karismatik membedakan antara dibaptis dengan Roh dan dipenuhi dengan Roh. Orang yang dibaptis dengan Roh seketika itu penuh dengan Roh. Perbedaannya ialah baptisan Roh hanya terjadi satu kali sementara pemenuhan Roh dapat terjadi berulangkali. Rasul Paulus dan St. Petrus diceritakan berulangkali menerima kepenuhan dalam Roh, dan Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Efesus mengatakan agar hendaknya mereka penuh (dalam bahasa Yunani digunakan bentuk kata kerja Present Imperative yang berarti terus-menerus atau berulangkali) penuh dengan Roh (lih. Ef 5:18).

 

Orang yang dibaptis dengan Roh tidak otomatis dipenuhi dengan Roh secara berlanjut. Adakalanya ia mengalami kemunduran iman karena roh jahat tidak berhenti melakukan serangan-serangan seperti yang pernah terjadi pada jemaat di Korintus yang akhirnya oleh Paulus mereka disebut sebagai manusia duniawi (Yunani: manusia daging) (lih 1 Kor 1:4-9; 3:1). Oleh karena itu, adalah tanggung jawab orang percaya untuk berusaha supaya ia terus-menerus dipenuhi dengan Roh (lih Ef 5:18). Caranya ialah memberi dirinya terus-menerus dipimpin Roh Kudus (lih Gal 5:25), berdoa terus-menerus (lih 1 Tes 5:17) dan berusaha menghasilkan buah Roh (lih Gal 5:16,18,22).

 

2. Karunia Roh

 

Kaum Karismatik mengerti bahwa kuasa Roh Kudus yang djanjikan kepada orang percaya untuk tugas kesaksiannya di dunia (Luk 24:49; Kis 1:8) tidak hanya berupa kekuatan moral dan antusiasme untuk mengabarkan Injil, melainkan juga karunia-karunia khusus dari Roh Kudus. Karunia-karunia (Yunani: Kharismata) ini disebut di dalam 1 Kor 12:8-10. Seluruhnya ada sembilan karunia:

 

2.1 "Berkata-kata dengan hikmat"

 

Dalam bahasa Yunani disebut "logos sofias", yang artinya kata hikmat. Hal itu menunjukkan bahwa karunia itu bukanlah hikmat tetapi suatu perkataan hikmat untuk memenuhi suatu kebutuhan pada keadaan tertentu, yaitu untuk mengatasi suatu masalah. Karunia ini bukan hanya satu kali untuk selama-lamanya. Misalnya ada sesuatu hal yang menjadi penghalang bagi orang untuk menrima Kristus. Maka sekonyong-konyong orang lain mendapat "kata hikmat", suatu ilham yang memberitahu kepadanya apa yang harus diperbuat untuk melampai halanganitu dan sampai kepada Kristus.

 

2.2 "Berkata-kata dengan pengetahuan"

 

Dalam bahasa Yunani disebut "logos gnooseoos", yang artinya kata pengetahuan. Tujuannya sama seperti karunia berkata-kata dengan hikmat yaitu untuk mencukupi kebutuhan khusus pada suatu keadaan tertentu. Karunia ini bukan hanya satu kali untuk selama-lamanya. Misalnya wanita Samaria yang ingin mendapat air hidup tetapi Yesus menghendaki supaya ia bertobat lebih dulu dan haus akan air hidup. Untuk membawa wanita itu kepada pertobatan, Yesus sekonyong-konyong mendapat kata pengetahuan tentang keadaannya, yaitu ia telah mempunyai 5 suami dan yang ada sekarang padanya bukan suaminya (lihat Yoh 4).

 

2.3 "Iman"

 

Karunia ini bukanlah sesuatu yang diperlukan untuk selamat, yaitu iman kepada Yesus sebagai Juruselamat, melainkan iman yang dalam Nama Yesus dapat melakukan hal-hal yang besar. Iman dalam artian tersebut tidak diberikan kepada orang yang dengan tekun berdoa dan memohonkannya. Iman tersebut bisa diperoleh hanya melalui persekutuan dengan Kristus, melalui pernyataan dan melalui pembacaan Firman Tuhan.

 

2.4 "Karunia untuk menyembuhkan"

 

Dalam bahasa aslinya disebut "karunia-karunia penyembuhan" (dibuat dalam bentuk jamak). Karunia tersebut tidak bisa muncul setiap kali dikehendaki oleh orang yang mendapatkannya.  Syarat untuk penyembuhan itu ialah kata-kata Tuhan Yesus di Mat 18:19 "Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang disorga". Oleh sebab itu, bila di samping orang yang mendoakan, juga orang yang didoakan percaya kepada Tuhan, maka pada saat itu Roh memberi karunia penyembuhan, khusus untuk kesempatan itu. Itulah sebabnya dalam suatu kebaktian doa penyembuhan orang yang satu disembuhkan sedangkan orang  yang lain tidak.

 

2.5 "Kuasa untuk mengadakan mukjizat"

 

Dalam bahasa aslinya karunia ini dibuat dalam bentuk jamak yaitu pekerjaan-pekerjaan kuasa (Yunani: energemata dunameoon). Syarat untuk karunia ini ialah iman. Perbedaannya dengan karunia penyembuhan ialah terletak pada sasarannya. Jika ada orang yang menderita penyakit kanker dan setelah didoakan kankernya hilang maka itu disebut sebagai penyembuhan. Sementara jika ada orang yang kakinya yang satu lebih pendek dari kaki yang lain dan setelah didoakan kedua kakinya menjadi sama panjang, maka itu disebut sebagai mukjizat.

 

2.6 "Karunia untuk bernubuat"

 

Dalam bahasa aslinya disebut suatu nubuat. Yang dimaksud dengan nubuat dalam kontesk ini ialah bukan suatu kemampuan bernubuat yang diberikan satu kali untuk selama-lamanya melainkan suatu ucapan khusus yang diilhamkan Roh Kudus pada suatu situasi tertentu. Jadi karunia ini bersifat insidental.

 

Perbedaan karunia bernubuat ini dengan jabatan nabi ialah terletak pada fungsinya. Karunia bernubuat dimaksudkan untuk "membangun, menasehati dan menghibur" (1 Kor 14:3). Sementara jabatan nabi ialah untuk memberikan bimbingan pribadi atau meramalkan masa depan (lihat Ef 4:11). Jabatan nabi jarang terdapat, tetapi karunia bernubuat sering diberi dan terjadi dalam kebaktian atau kelompok doa, kepada orang-orang yang membuka diri bagi pekerjaan Roh.

 

2.7 "Karunia untuk membedakan bermacam-macam roh"

 

Karunia ini adalah suatu kemampuan supranatural yang diberi Roh Kudus untuk bisa membedakan roh apa yang sedang masuk dalam diri seseorang. Karunia ini juga memberi kemampuan untuk mengetahui apakah yang berbicara dalam diri seseorang itu roh jahat atau Roh Kudus. Karunia ini bisa diperolah dengan tekun membaca Firman Allah karena di dalamnya Allah telah menyebutkan mengenai hakikat dan perangai-perangai roh-roh jahat serta gejala-gejala yang menyertainya dan kemudian mengenai cara bagaimana orang dapat mengenal mereka. Bila dibandingkan dengan karunia penyembuhan, karunia ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendapatkannya.

 

2.8 "Karunia untuk berkata-kata dengan bahasa Roh"

 

Karunia ini dibagi dalam dua kelompok. Pertama ialah bahasa-bahasa yang dikenal di dunia. Hal ini terjadi pada peristiwa Pentakosta saat "penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya" (Kis 2:4). Para Rasul tidak mengerti bahasa yang mereka ucapkan tetapi dimengerti oleh orang-orang lain yang berasal dari daerah-daerah bahasa itu (lihat Kis 2:7-11). Kelompok kedua ialah bahasa-bahasa yang sama sekali tidak ada di dunia. Paulus mengetahui adanya keuda kelompok bahasa ini ketika ia menulis: "Sekaipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat ..." (1 Kor 13:1). Paulus menyebut bahasa manusia dan bahasa malaikat yang bukan berasal dari dunia ini. Isi bahasa Roh terkadang pujian bagi Allah dan terkadang nubuat.

 

2.9 "Karunia untuk menafsirkan bahasa Roh"

 

Karunia ini membuat seseorang mampu menafsirkan segala sesuatu yang diucapkan dalam bahasa yang tidak dikenal kepada jemaat. Baik orang yang mengucapkan bahasa Roh itu sendiri maupun orang lain, yang mendengar, dapat menerima karunia penafsiran. Menafsir itu berbeda dengan menerjemahkan. Menerjemahkan menggunakan jumlah kata-kata yang hampir sama dengan yang dicupakan dalam bahasa asing. Sementara menafsir ialah dengan menggunakan kata-kata yang lebih banyak atau sebaliknya kurang dari apa yang diucapkan dalam bahasa lain.

 

Karakteristik Teologi Karismatik

 

Gerakan Karismatik ialah gerakan yang hadir di dalam Gereja. Meskipun awalnya gerakan ini berasal dari Gereja Pentekosta, namun Gerakan ini tidak membentuk suatu Gereja yang baru. Gerakan ini lebih akrab disebut sebagai kelompok atau persekutuan yang tidak terpisah dari Gereja asal mereka. Baik dalam Gereja Katolik, Protestan, Pentakosta, Metodis, Luteran dan sebagainya memiliki kelompok Karismatiknya masing-masing.

 

Ciri khas Karismatik ialah penuh semangat bernyala, penekanan pada pengalaman religius subyektif, karunia-karunia Roh dan Glossolalia serta melaksanakan kehendak Allah dalam kehidupan sehari-hari.[32] Spiritualitas yang bercorak intuitif, langsung, harafiah merupakan hakikat Karismatik. Gerakan Karismatik terutama berpautan dengan pengalaman akan karya Roh Kudus dan praktik utama karnia-karunia Roh dengan menekankan yang adikodrati. Kaum Karismatik memperoleh pimpinan Roh yang siap untuk melayani. Karismatik melahirkan perasaan layak dan penuh kuasa dengan menyajikan bagi para pemeluknya sarana yang luarbiasa untuk menghadapi masa depan.[5]

 

Perbedaan Pentakosta Klasik dengan Karismatik

 

Gerakan Karismatik disebut juga sebagai Pentakosta Baru. Sebutan ini memperlihatkan bahwa keduanya memiliki banyak persamaan, dan persamaan yang utama terletak pada penekanannya akan Bahasa Roh dan Karunia-karunia Roh. Meskipun demikian, keduanya memiliki perbedaan dalam hal sudut pandang. Berikut penjabarannya:

 

Dalam hal latar belakang sosial, Pentakosta dihuni oleh orang kelas bawah dan segala ras dan warna kulit, sementara Karismatik dihuni oleh orang kelas menengah ke atas dan didominasi oleh orang berkulit putih. Dari segi latar belakang pendidikan, Pentakosta didominasi oleh masyarakat yang tidak berpendidikan sementara Karismatik sebaliknya. Dari segi keterbukaan terhadap Gereja lain, Pentakosta cenderung eksklusif sementara Karismatik agresif dan percaya diri dalam pergaulan di dalam dan di luar Gereja. Dari segi kadar kesucian, Pentakosta memelihara kesucian dan menjauhkan diri dari dunia yang penuh dosa melalui penamaan norma-norma yang ketat seperti pantang minum minuman keras, merokok, dan bioskop. Sementara Karismatik tidak terlalu ketat mengurusi hal-hal yang demikian. Dalam hal pemahaman tentang baptisan Roh dan karunia-karunia Roh, bagi Pentakosta Baptisan Roh mutlak ditandai dengan Glossolalia sementara Karismatik melihat bahwa Baptisan Roh adalah pengalaman rohani yang mutlak terserah Tuhan memberi tanda. Dari segi kelembagaan, Pentakosta mempertahankan diri sebagai sekte sementara Karismatik menampilkan diri sebagai persekutuan antar denominasi (persekutuan ekumenis).

 

Penutup

 

Gerakan Karismatik menjadi buah dari kekayaan Gereja dalam menjalankan tugasnya di dunia ini yaitu untuk menghantar umat kepada Kristus dan mendampingi umat dalam mengalami janji Yesus di dunia ini. Gerakan ini hendaknya mendapat perhatian berupa dukungan dalam menjalankan aksinya dengan tetap melakukan pengawasan atas apa yang diajarkan agar tidak menyimpang dari ajaran dasar Gereja. Meskipun gerakan tersebut lahir dari Pentakosta namun Gerakan ini telah memasuki semua Gereja. Ia adalah persekutuan ekumenis yang terbuka bagi setiap orang yang ingin mengalami suatu pengalaman rohani yang lebih dalam kehidupannya sehari-hari.

 

Catatan-catatan:

[1] Richard Quebedeaux, The New Charismatic. The Origins, Development and Significance of Neo-Pentecostalism (New York: Doubleday and Company, 1976), hlm. 21; bdk. L. Sugiri et. al. Gerakan Kharismatik: Apakah Itu? Jakarta: Gunung Mulia, 1995), hlm. 170.

[2] Stanley M. Burgess (ed.), The New International Dictionary of Pentecostal and Charismatic Movements. Revised and Expanded Edition ([tanpa kota penerbit]: Zondervan, [tanpa tahun terbit]), hlm.2314; bdk. Richard Quebedeaux, The New ..., hlm. 23; bdk. L. Sugiri et. al. Gerakan ..., hlm. 280-281.

[3] Daniel Sutoyo, "Analisis Historis terhadap Teologi Gerakan Pentakostalisme", dalam Dunamis. Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 2, No. 2 (April 2008), hlm. 176-177.

[4] Richard Quebedeaux, The New ..., 11; bdk. Rudy Budiman, "Menentukan Sikap terhadap Gerakan Kharismatik", dalam L. Sugiri (ed.), Gerakan Kharismatik. Apakah Itu? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), hlm. 173-174.

[5] Daniel Sutoyo, The Charismatic Movement (Semarang: Sekolah Tinggi Theologia Baptis Indonesia, 2009), hlm. 8-9.

 

Sumber-sumber

 

M. Burgess, Stanley (ed.). The New International Dictionary of Pentecostal and Charismatic Movements Revised and Expanded Edition. [tanpa kota penerbit]: Zondervan, [tanpa tahun terbit].

 

Quebedeaux, Richard. The New Charismatic. The Origins, Development and Significance of Neo-Pentecostalism. New York: Doubleday and Company, 1976.

 

Rudy Budiman, "Menentukan Sikap terhadap Gerakan Kharismatik". Dalam L. Sugiri (ed.), Gerakan Kharismatik. Apakah Itu? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995).

 

Sugiri, L. et. al. Gerakan Kharismatik: Apakah Itu?. Jakarta: Gunung Mulia, 1995.

 

Sutoyo, Daniel. The Charismatic Movement. Semarang: Sekolah Tinggi Theologia Baptis Indonesia, 2009).

 

---------, "Analisis Historis terhadap Teologi Gerakan Pentakostalisme". Dalam Dunamis. Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 2, No. 2 (April 2008), hlm. 176-177.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun