Selain menurunkan konsentrasi dan prestasi akademik, multitasking juga memiliki konsekuensi serius pada aspek psikologis mahasiswa. Tekanan untuk menyelesaikan banyak tugas dalam waktu yang bersamaan sering kali menimbulkan beban mental yang berat. Beberapa dampak psikologis yang umum dialami mahasiswa akibat multitasking adalah sebagai berikut:
1. Stres Akademik yang Meningkat
Mahasiswa yang terus-menerus membagi perhatian antara tugas kuliah, pekerjaan paruh waktu, serta aktivitas digital, mengalami peningkatan stres akademik. Rasa terkejar-kejar oleh deadline, ditambah distraksi dari media sosial, membuat pikiran mahasiswa sulit tenang. Studi yang dilakukan oleh Misra & McKean (2000) menunjukkan bahwa stres akademik berhubungan dengan rendahnya performa akademik dan meningkatnya kecemasan.
2. Kelelahan Mental (Mental Fatigue)
Multitasking menguras energi kognitif lebih cepat karena otak harus berganti fokus secara berulang. Mahasiswa sering mengeluhkan rasa lelah meskipun secara fisik tidak banyak bergerak. Kondisi ini disebut mental fatigue, yang ditandai dengan sulit berpikir jernih, cepat merasa bosan, dan menurunnya motivasi belajar.
3. Menurunnya Kesejahteraan Subjektif (Subjective Well-Being)
Mahasiswa yang terbiasa multitasking berlebihan melaporkan tingkat kebahagiaan lebih rendah. Hal ini karena multitasking sering menciptakan rasa "selalu sibuk" tanpa kepuasan nyata. Penelitian oleh Junco (2012) menemukan bahwa mahasiswa yang sering multitasking dengan media digital cenderung merasa tidak puas dengan pencapaian akademiknya, sehingga kesejahteraan psikologis mereka menurun.
4. Kecemasan dan Overthinking
Kebiasaan mengerjakan banyak tugas dalam waktu singkat menimbulkan rasa cemas berlebihan. Mahasiswa sering merasa takut ada tugas yang tertinggal, atau hasil pekerjaannya tidak maksimal. Kondisi ini bisa berkembang menjadi overthinking, di mana mahasiswa terus-menerus memikirkan kekurangan dirinya dalam belajar.
5. Risiko Depresi Ringan hingga Sedang
Tekanan multitasking dalam jangka panjang bisa menyebabkan kelelahan emosional dan rasa putus asa. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beban akademik yang berlapis ditambah dengan multitasking digital meningkatkan risiko gejala depresi, seperti kehilangan minat belajar, mudah marah, hingga perasaan tidak berdaya (Fawzy & Hamed, 2017).