Gerimis rindu yang mendebarkan dada itu akhirnya mulai reda
Tertiup angin sepoi-sepoi saat langit mulai membiru
Seperti menerbangkan kepulan asap kopiku yang baru saja kuseduh dengan penuh cinta
Yang terus membubung perlahan-lahan dengan begitu lembut
Mengikuti alur irama degup jantungku dan menyatu dengan kabut pagi yang mulai memudar
Sebelum semua jiwa-jiwa yang merindu kembali bersenduDemikian juga pertemuanku dengan Sekuntum Mawar Merah
Di mana kucium aroma ibu di tiap kelopaknya yang begitu semerbak
Meski aku tak mampu menarikan kalimat demi kalimat dengan begitu gemulai dan indah
Rasa rindu itu jelas-jelas telah tumbuh di antara aroma wangi yang ditebarkannya
Melalui tulisan-tulisannya yang bersahaja dan penuh makna tentang kehidupan
Hingga mampu menyalakan lentera di dalam nadiku, kala aku berada di bawah langit gelap
Percayakah bila rindu-rindu itu kemudian terus tumbuh dengan subur?
Menghiasi mimpi-mimpiku di malam-malam sendu?
Ah, jangan tanyakan berapa banyak kopi yang kemudian kuteguk
Untuk melepas rindu-rindu yang menghiasi perjalanan waktu
Karena sebanyak itu rinduku terus tumbuh
Yang tiap kali mereda, tumbuh lagi gelora rindu yang baru
Ya, aku rindu membaca setiap kalimat yang dirajut Sang Mawar Merah dengan benang-benang aksara nan menawan
Rindu menyapanya dengan kata selamat pagi, selamat siang, atau selamat malam
Rindu merapal doa untuk kebahagiaannya saat sapa manis kulepaskan dalam rangkaian kata
Dan rindu mencari pesan rahasia untukku, yang diselipkan di antara tulisan-tulisannya
Yang kemudian kusimpan, kucerna, kupahami, kuhayati, dan kujadikan inspirasi dengan penuh kesadaran
Meskipun jiwa-jiwa yang merindu di bawah langit biru ini, belum dapat bersua secara nyata
Baca juga: Kasihku, Sayangku, Cintaku, Manisku...
Maka, bersama rindu-rindu itu akhirnya kusiapkan perjamuan di dalam mimpiku
Sebuah pesta yang semarak untuk mempertemukan orang-orang tercinta dengan segenap kerinduannya
Yang di sana, akan kusajikan nasi padang dengan berbagai pilihan lauk dan juga sayur
Kemudian berbincang ringan hingga malam menuju puncaknya
Pada saat itulah akan kuseduh kopi luwak dengan air panas bersuhu 93 derajat ke dalam cangkir yang penuh rindu...
Tentunya dengan potongan gula aren yang tak mau tertinggal di penjara kerinduan
Ya, gerimis rindu yang mendebarkan dada itu akhirnya mulai reda
Tertiup angin sepoi-sepoi saat langit mulai membiru
Seperti menerbangkan kepulan asap kopiku yang baru saja kuseduh dengan penuh cinta
Malam ini, aku akan menjemput mimpiku dengan tidur lebih awal
Mempertemukan semua jiwa-jiwa yang merindu di sebuah pesta dalam mimpiku
Meredakan geloranya, sebelum rasa rindu yang baru, kembali datang dengan segala kemisteriusannya...
Bandungan, 18 Juli 2025
Selamat ulang tahun ke-82 buat Ibunda Roselina Tjiptadinata
Di mana kucium aroma ibu di tiap kelopaknya yang begitu semerbak
Meski aku tak mampu menarikan kalimat demi kalimat dengan begitu gemulai dan indah
Rasa rindu itu jelas-jelas telah tumbuh di antara aroma wangi yang ditebarkannya
Melalui tulisan-tulisannya yang bersahaja dan penuh makna tentang kehidupan
Hingga mampu menyalakan lentera di dalam nadiku, kala aku berada di bawah langit gelap
Menghiasi mimpi-mimpiku di malam-malam sendu?
Ah, jangan tanyakan berapa banyak kopi yang kemudian kuteguk
Untuk melepas rindu-rindu yang menghiasi perjalanan waktu
Karena sebanyak itu rinduku terus tumbuh
Yang tiap kali mereda, tumbuh lagi gelora rindu yang baru
Rindu menyapanya dengan kata selamat pagi, selamat siang, atau selamat malam
Rindu merapal doa untuk kebahagiaannya saat sapa manis kulepaskan dalam rangkaian kata
Dan rindu mencari pesan rahasia untukku, yang diselipkan di antara tulisan-tulisannya
Yang kemudian kusimpan, kucerna, kupahami, kuhayati, dan kujadikan inspirasi dengan penuh kesadaran
Meskipun jiwa-jiwa yang merindu di bawah langit biru ini, belum dapat bersua secara nyata
Sebuah pesta yang semarak untuk mempertemukan orang-orang tercinta dengan segenap kerinduannya
Yang di sana, akan kusajikan nasi padang dengan berbagai pilihan lauk dan juga sayur
Kemudian berbincang ringan hingga malam menuju puncaknya
Pada saat itulah akan kuseduh kopi luwak dengan air panas bersuhu 93 derajat ke dalam cangkir yang penuh rindu...
Tentunya dengan potongan gula aren yang tak mau tertinggal di penjara kerinduan
Tertiup angin sepoi-sepoi saat langit mulai membiru
Seperti menerbangkan kepulan asap kopiku yang baru saja kuseduh dengan penuh cinta
Malam ini, aku akan menjemput mimpiku dengan tidur lebih awal
Mempertemukan semua jiwa-jiwa yang merindu di sebuah pesta dalam mimpiku
Meredakan geloranya, sebelum rasa rindu yang baru, kembali datang dengan segala kemisteriusannya...
Selamat ulang tahun ke-82 buat Ibunda Roselina Tjiptadinata
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI