Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Kisah Kerinduan Hati Sang Ratu

23 Februari 2025   13:14 Diperbarui: 3 Juni 2025   03:24 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembacaan Puisi Kisah Kerinduan Hati Sang Ratu 24 Januari 2025 (Dokumentasi Pribadi)

Waktu sudah tak lagi terhitung
Ribuan tahun dalam putaran kehidupan, dijalani Sang Ratu dengan tanpa keluh
Meski hanya dengan membawa setitik harapan di batas waktu
Bagai sehelai rambut dibelah menjadi tujuh

Ke mana lagi Sang Ratu harus mencari Sang Putra?
Yang menghilang bersama kecewa di hatinya?
Di utara tak ada, di timur tak ada, di selatan tak ada, di barat juga tak ada
Ke mana lagi ia harus mencarinya?

Tak jemu-jemu seperti memecah ombak
Segala upaya dilakukan Sang Ratu untuk menemukan putranya
Hingga ia harus menyeberangi lautan ke Yunan
Namun, yang dicari tetap jua tak ada di sana

Sang Ratu kemudian merintih di kegelapan
Dengan derai air mata yang semakin lama semakin menderas
Tangisan darah pun menghiasi malam-malamnya yang semakin senyap
Ia benar-benar putih mata karena memandang
Menanggung rindu yang teramat sangat
****

Tak tega melihat penderitaan yang memilukan itu
Sang Bayu pun membawa sajak-sajak kerinduan milik Sang Ratu
Menerbangkannya ke segenap ruang dan waktu
Dengan harapan sampai kepada yang dituju

Senyum Sang Ratu memang telah lama menghilang
Dunianya pun beku tanpa kehangatan
Apalagi saat dunia mengenang kejayaan dan kemuliaannya di masa silam
Yang membuatnya semakin terpuruk di dalam penyesalan

Dia memang dikenal sebagai Ratu Adil
Meski ia merasa tak adil bagi dirinya sendiri
Juga bagi putra mahkotanya yang telah menghilang
Setelah mendapat keadilan darinya

Dia memang dikenal sebagai Ratu Adil
Dunia pun mengakui
Tetapi, adilkah ia menurut Sang Maha Adil?
Apalagi ketika keadilannya menyisakan kepedihan di hati?

Kesedihan Sang Ratu sepertinya memang tak akan pernah berakhir
Sesaat setelah hatinya teriris di puncak keadilannya sendiri
Kerinduan tak lagi sanggup menjaga hatinya
Kematian pun tak membuatnya usai dan terbebas dari keterikatan

Sang Ratu akhirnya memang harus kembali memutari siklus kehidupannya
Sepanjang kehidupan yang selalu dilewatinya dengan tangis
Mencari Sang Putra yang menghilang setelah memotong kakinya sendiri
Sebagai tanda kepatuhannya kepada hukum Sang Ratu Adil

Kepergian Sang Putra ternyata memang meninggalkan sesal yang begitu mendalam
Surga atau pun neraka menjadi tak lagi berarti bagi Sang Ratu
Hingga Sang Ratu akhirnya harus menembus alam hakikat
Alam antara ada dan tiada
Untuk menemukan putranya dan mengucapkan maaf yang tak pernah sempat dikatakannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun