Mohon tunggu...
Christanto Panglaksana
Christanto Panglaksana Mohon Tunggu... Penulis

Warga pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Apakah Bloomberg Akan Tinggal Diam terhadap Kebijakan Purbaya?

3 Oktober 2025   15:59 Diperbarui: 9 Oktober 2025   09:44 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data yang sama bisa diputarbalikkan: penerimaan ratusan triliun rupiah bisa dianggap menyelamatkan fiskal, tetapi juga bisa diceritakan sebagai "pembenaran negara untuk meracuni rakyat." 

Di sinilah kekuatan framing Bloomberg cs menjadi sangat berbahaya, karena bisa menggerakkan persepsi publik global dan domestik sekaligus.

Pertanyaannya kini bukan lagi sekadar "berapa persen cukai naik," melainkan "siapa yang menguasai narasi." Apakah Indonesia bisa menegakkan argumen rasional soal kedaulatan fiskal, atau justru harus tunduk pada narasi kesehatan yang dikendalikan oleh kapitalisme filantropi? 

Di titik inilah langkah Purbaya diuji: mampukah ia mengimbangi kekuatan narasi global dengan diplomasi fiskal yang tajam?

Ujian Kedaulatan Fiskal

Akhirnya, atas pertanyaan apakah Bloomberg akan tinggal diam terhadap kebijakan Purbaya, jawabannya hampir pasti tidak. 

Dengan investasi besar yang telah ditanamkan dalam kampanye anti-tembakau, mereka punya kepentingan menjaga agar narasi itu tetap dominan. 

Serangan mungkin tidak frontal, tetapi melalui media, riset, simbol publik seperti karangan bunga, hingga tekanan pasar. 

Semua itu bisa diarahkan untuk membentuk opini bahwa Purbaya berbahaya bagi kesehatan publik dan stabilitas fiskal.

Namun, bagi Indonesia, inilah momentum penting. Jika Purbaya mampu menavigasi tekanan ini dengan bijak, ia bisa membuktikan bahwa kebijakan fiskal Indonesia tidak bisa begitu saja dikendalikan oleh kapitalisme filantropi global. 

Sebaliknya, jika gagal, Indonesia bisa semakin terjerat dalam ketergantungan narasi yang dikendalikan oleh kepentingan luar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun