Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) juga menjadi penyangga penting bagi daerah-daerah penghasil tembakau. Pada 2023, alokasi DBHCHT mencapai lebih dari Rp 3,2 triliun.Â
Dana ini digunakan untuk mendukung program kesehatan, peningkatan kualitas bahan baku, hingga bantuan langsung bagi pekerja.Â
Dengan demikian, ada jutaan orang, mulai dari petani, buruh pabrik, hingga pedagang kecil, yang kehidupannya bergantung langsung pada keberlangsungan industri tembakau.
Jika narasi global berhasil memaksa Indonesia mengurangi ketergantungan pada cukai rokok, maka konsekuensinya tidak sederhana. APBN akan kehilangan salah satu penopang utama, sementara daerah-daerah penghasil tembakau akan kehilangan sumber pendanaan signifikan.Â
Inilah titik di mana kebijakan fiskal tidak bisa dilepaskan dari politik ekonomi kerakyatan. Artinya, menutup mata terhadap kontribusi riil cukai sama saja dengan menafikan kenyataan sosial-ekonomi yang menopang jutaan rakyat.
Tapi, narasi yang dibangun Bloomberg dan jejaringnya justru berusaha menutup mata dari angka-angka ini. Mereka menekankan biaya kesehatan yang "tak ternilai," sambil mengabaikan fakta bahwa tanpa penerimaan cukai, negara justru akan kehilangan kemampuan membiayai program kesehatan itu sendiri.Â
Di sinilah terlihat bagaimana framing bisa menutupi realitas: seolah-olah dengan menghapus rokok, masalah selesai. Padahal, yang terjadi bisa sebaliknya: negara kehilangan sumber pendanaan, sementara penyakit tidak otomatis hilang.
Purbaya tampaknya memahami betul paradoks ini. Ia tahu bahwa kebijakan fiskal harus realistis: tidak mungkin begitu saja menyingkirkan kontribusi ratusan triliun rupiah demi mengikuti narasi kesehatan yang sarat kepentingan.Â
Dengan langkahnya menahan kenaikan cukai, ia mencoba mengembalikan orientasi kebijakan fiskal ke realitas ekonomi nasional, bukan sekadar tunduk pada framing global.
Bloomberg di Indonesia: Uang dan Agenda
Untuk memahami betapa kuatnya kepentingan Bloomberg di Indonesia, kita perlu melihat angka. Bloomberg Philanthropies sejak 2007 telah menggelontorkan lebih dari USD 1 miliar secara global untuk kampanye anti-tembakau.Â