Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pabrik Kayu

14 September 2025   09:23 Diperbarui: 14 September 2025   10:28 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cerpen Pekerja Pabrik Kayu di olah menggunakan Canva (Dokumen pribadi)

"Jono, kau ambil galah panjang, bantu Kirman arahkan batang yang miring itu. Kalau enggak, bisa nyangkut di tikungan!" timpal Udin mengingatkan.

"Siap! Parman, aku bantu dari sisi kanan ya!

"Terima kasih. Kita selesaikan ini sebelum matahari terbit. Kalau lancar, bisa istirahat lebih cepat." Balas Marjono menyambut seruan itu.

Suasana para pekerja, dari menjelang matahari terbit hingga pagi kembali, menjadi denyut nadi kehidupan di pabrik kayu yang tak pernah mengenal lelah.

Di antara kabut sungai dan deru mesin yang mulai menyala, tubuh-tubuh yang basah oleh air dan peluh bergerak seperti irama yang tak putus —menyambung harapan dari malam ke pagi.

● ● ●

Pabrik kayu merupakan jantung kehidupan para pekerja dan penduduk sekitar. Di sekitar perusahaan, berdiri warung-warung makan yang melayani para buruh untuk mengisi perut setelah jam istirahat atau sepulang bekerja.

Mereka membeli makanan di sekitar area pabrik karena harganya terjangkau dan bisa dibayar secara ngebon—dicatat terlebih dahulu dan dilunasi saat menerima gaji.

Di sekitar kawasan industri pengolahan kayu, rumah-rumah petak berukuran sederhana juga banyak di bangun warga untuk di sewakan. Deretan bangunan sempit yang disulap menjadi hunian sewa bagi para buruh pabrik yang datang dari pelosok luar Kalimantan, atau mereka yang terpaksa meninggalkan rumah asal demi mendekatkan diri ketempat kerja yang jauh dan melelahkan. 

Di belakang kompleks pabrik kayu, berdiri deretan rumah mess sederhana yang dibangun oleh perusahaan sebagai tempat tinggal bagi para pekerja tetap dan tenaga kantor. 

Bangunan-bangunan itu sederhana, berdinding papan, dan beratap seng, namun menjadi ruang istirahat yang hangat setelah seharian bergelut dengan mesin dan serbuk kayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun