Jakarta malam itu seperti tubuh yang kehilangan nadinya—lampu-lampu kota menyala tanpa semangat, dan angin hanya berbisik pelan di antara gedung-gedung  yang berdiri kaku seperti pelayat bisu.Â
Asap demo masih mengepul dan menggantung di udara, seolah enggan pergi, menyimpan jejak langkah terakhir seorang anak muda yang tak sempat berpamitan. Jalanan yang biasanya riuh kini seperti lorong sunyi, tempat kenangan Affan bergema dalam diam.
Mungkin, di langit , ia kini sedang mengantarkan  pesanan terakhirnya: sebuah doa agar ibunya tetap kuat, dan agar negeri ini tidak lagi memakan anak-anaknya sendiri, melainkan memberikan kemudahan bagi mereka mencari makan. Selamat jalan Affan Kurniawan.(*)
Samarinda, 30 Agustus 2025
Penulis: Riduannor
Disclaimer: Â
Cerpen ini merupakan karya fiksi. Seluruh tokoh, peristiwa, dan latar dalam cerita disusun secara imajinatif dan tidak dimaksudkan untuk menggambarkan kejadian nyata secara langsung. Namun, kisah ini ditulis sebagai bentuk penghormatan dan empati terhadap para pekerja lapangan, khususnya driver ojek daring, yang kerap berada di tengah dinamika sosial dan risiko jalanan. Cerita ini didedikasikan untuk mengenang sosok Affan—seorang pengemudi ojol yang terjebak dalam demonstrasi massa, sebagai simbol keteguhan dan pengorbanan anak muda dalam menghadapi kerasnya hidup di kota.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI