**
Jakarta, Sore 29 Agustus 2025
Affan Kurniawan baru baru saja selesai menunaikan salat Ashar. Ia sangat senang melihat adik-adiknya menghabiskan makanan yang ia bawa pulang selepas salat Jumat—nasi gratis dari pengurus masjid dan pemberian Udo Rizal, pedagang nasi padang di simpang jalan menuju gang rumahnya.
Jakarta terasa panas hari ini. Ia menerima berbagai pesan dari teman-temannya yang mengabarkan bahwa selepas salat Jumat akan berlangsung demonstrasi besar-besaran di sekitar gedung DPR/MPR. Aksi tersebut menuntut pembetalan kenaikan tunjangan anggota dewan.
Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Notifikasi pesanan dari pelanggan masuk melalui aplikasi ojek daring. Pesanan itu berupa makanan yang harus segera diantar.Â
"Fan, makan dulu nak. Jangan buru-buru keluar," panggil ibunya dari arah dapur. Suara itu lembut, tetapi penuh kasih sayang—selalu membuat dada Affan terasa hangat. Ia menoleh, lalu mendatangi ibunya ke dapur.
"Nanti ya, bu. Affan cuma sebentar keluar. Ada pesanan di sekitar sini."
Ibunya mengangguk, meski hatinya sedikit gamang. Ia tahu, anak sulungnya itu kerap memaksakan diri. Sejak Ayahnya pergi untuk selamanya, Affanlah yang menjadi pengganti kepala keluarga di rumah itu.Â
Ia membiayai sekolah adiknya dan memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Berbagai beban hidup menuntutnya untuk kuat, seakan-akan dunia memaksanya menjadi lelaki dewasa sebelum waktunya.
**
Jalanan tampak ramai dan riuh, seolah menyimpan rahasia besar. Namun, ia harus tetap berangkat untuk mengantarkan pesanan makanan dari pelanggan. Ia menjemput pesanan itu dan mengantarkannya ke titik tujuan, yaitu Bendungan Hilir (Benhil), Jakarta pusat.