Hendaklah kita sadar bahwa dalam perintah, dan petunjuk Allah terkandung di dalamnya juga merupakan ujian. Oleh karena itu, bila tidak pandai menyikapi tentu akan menjerumuskan kita ke lembah sesat. Benarkah? Benar! Silahkan diperhatikan dengan baik kebiasaan orang atau diri sendiri, dan mari diakhiri agar tidak terjerumus semakin dalam.
Siapapun orangnya apabila sekali waktu mengumpat dan atau mencela orang lain, secara tidak sadar orang tersebut akhirnya akan menjadi kebiasaan mengumpat dan mencela orang. Bahkan orang tadi merasa tidak puas, dan tidak merasa bangga bila bangun tidur tidak mengumpat dan atau tidak mencela orang lain; Lebih -- lebih bila sudah ada benih -- benih kebencian dalam benak si pengumpat atau si pencela, bibir terasa gatal bila bangun tidur tidak mengeluarkan umpatan atau celaan.
Oleh karena itu janganlah merasa puas dan bangga dapat mengumpat dan atau mencela atau melakukan perbuatan buruk lainnya, bila tidak ingin mendapat kecelakaan atas perbuatan yang kita kerjakan. Karena bila kita tidak menyadari kebiasaan tadi akhirnya akan membudaya, sehingga akan sulit, dan berat untuk menghilangkannya di satu sisi; Tetapi di sisi lain iblis, setan, dan sebangsanya merasa bangga dan bahagia karena tipu dayanya berhasil. Dan begitulah bentuk ujiannya.Â
Al Qur'an surat Al Hijr ayat 39. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesat kan mereka semuanya.
Sekedar mengingatkan kembali bahwa manusia itu memiliki 2 sifat antagonis, yaitu sifat baik berupa sifat kesucian dari unsur batiniah, dan sifat buruk dari unsur lahiriah. Pada mulanya kedua sifat tersebut berjalan seimbang atau harmonis keadaannya, dan tidak terjadi masalah. Tetapi sesuai dengan perkembangan emosional seseorang tentu akan mempengaruhi keharmonisan keduanya, dan inilah yang menyebabkan terjadinya masalah. Oleh karenanya kita diwajibkan jihad.