Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mudiklah, Jangan Ada Lagi Marah kepada Orang Tua

8 April 2024   08:54 Diperbarui: 8 April 2024   09:06 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Percuma puasa, sia-sia ibadah siapapun, Bila masih ada rasa marah kepada kedua orang tuanya. Bila masih tersimpan hati yang membenci kepada siapapun, apalagi kepada kedua orang tua kita. Karena marah dan benci, hanya jalan untuk merusak diri sendiri dan siapapun yang terlampiaskan. Untuk apa berlarut-larut dalam kemarahan, kebencian, dan emosi bila akhirnya membuat diri sendiri bertambah menderita. Lebih baik sabar dan bersyukur.

Jangan ada lagi marah pada orang tua. Hormati selalu kedua orang tua kita. Memang mereka tidak mewariskan kekayaan. Tapi orag tua adalah guru dari maha guru tentang arti sebuah penghormatan. Mereka guru terhebat bahkan gelar tertinggi di dunia ini, bagi siapapun orang-orang yang berpangkat, punya jabatan atau terkaya sekalipun.

Kasihi orang tua, hormati mereja apa adanya. Maklumi dan terima semua nasihantnya. Karena usianya memang tidak lagi muda. Langkah kakinya pun mulai melemah tidak berdaya. Matanya mulai terganggu ketika usia senja menyapa. Dan kini, telinganya pun sudah mulai berkurang kepekaannya. Jangan ada benci kepada orang tua, percuam ibadah sehebat apapun bila akhirnya "durhaka" kepada orang tua.

Bulan puasa sebentar lagi berakhir. Ibadah ramadan sulit membekas bila gagal menghormati orang tua, tidak mampu menyanyanginya. Waktu terus berputa, hari demi hari berlalu. Bulan demi bulan terlewati, hingga berganti tahun. Lalu, apa yang lebih baik kita perbuat untuk kedua orag tua. Do momen idul fitri, mudiklah untuk mencium tangannya. Pulang kampunglah untuk menghormatinya. Ingat, karena siapapun tidak pernah tahu kapan ajal menjemput mereka?

Anak, sehebat apapun. Tugasnya hanya menghormati orang tua. Berbakti untuk kedua orang tuanya. Berbuat baik dan jangan ada marah kepadanya. Itupun sesuai dengan kemampuan si anak. Dan hebatnya, orang tidak pernah "ngiler" mau sesuakses dan sehebat anak-anaknya. Mereka hanya diam dan terus berdoa tiada henti untuk anak-anaknya, mantunya, cucunya, bahkan cicitnya. Orang tua hebat, tanpa pamrih dan menerima segalanya.

Sulit untuk bisa diterima. Bila hari ini masih ada anak yang marah dan benci kepada orang tuanya. Seperti murid yang benci kepada gurunya. Seperti istri yang durhakan kepada suaminya. Bahkan seperti pemimpin yang menzolimi rakytanya. Mamengnya kenapa, orang tua sampai dibenci?

Tuntunannya, amar ma'ruf nahi mungkar. Perbaiki hubungan dengan orang tua, Hormati dan sayangi mereka. Kok bisa-bisanya memusuhi orang tua, lalu berbaik hati kepara orang-orang yang tidak punya pengaruh saat mendidik dan membesarkan kita. Maka di momen lebaran ini, pulanglah ke orang tua. Hormati mereka, jangan ada lagi marah pada orang tua. @Sebuah catatan seorang anak yang sudah "ditinggal" kedua orang tuanya. Salam literasi #NgabubuRead #TBMLenteraPustaka #HikmahLebaran

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun