Anggun mengangguk.
"Aku tahu. Namun---atau mungkin karena itu."
Pietro  mengambil kertas itu, membacanya sekilas, lalu melipatnya perlahan.
"Bagus. Kalau begitu, kuharap kau sukses di pertanianmu."
Ejekan itu kental dalam kata-katanya. Tapi Anggun membiarkannya begitu saja. Tanpa sepatah kata pun, dia membuka pintu, mengambil tasnya, dan pergi.
Di lorong, dia bertemu Paula. Rekannya menatapnya, terkejut.
"Ada apa?"
Anggun ragu-ragu. Lalu dia mengangkat tasnya sedikit. "Aku keluar."
"Maksudmu---keluar? Apa maksudmu?"
"Aku berhenti. Hari ini. Baru saja."
Paula mengerjap, lalu berseru. "Tapi... kau gila."