Dokter kandungan tidak tahu, tidak ingin tahu, bagaimana hal seperti itu bisa terjadi. Dia berasumsi bahwa anak itu - makhluk itu - akan segera mati. Cacatnya yang mengerikan terlalu parah untuk memungkinkan kehidupan. Dia berharap alam atau Tuhan atau kekuatan universal apa pun yang telah menciptakan benda ini akan berbelas kasih dan mengembalikannya ke tempat asalnya.
Dia berharap terlalu banyak.
Ketika dia bergegas ke NICU, tanpa sadar memegang bungkusan itu di depannya, sejauh mungkin dari dadanya, jeritan tanpa suara mengiris pikirannya. Jeritan itu bergema di tengkoraknya, memantul maju mundur antara tulang dan materi abu-abu, memotong sinapsis, dan meledakkan kapiler. Jeritan itu menyakitkan, tetapi lebih dari sekadar rasa sakit- jeritan itu adalah pemangsa, hidup dan memiliki kemauan. Dia menghancurkan otak dokter kandungan itu ketika dia menyapu lipatan organ tersebut. Dia memeriksa dan membedah setiap kontur mikroskopis, setiap kerumitan sel. Dia mencari. Dia mengingat. Dan dia menginginkan. Dia sangat menginginkan. Namun, apa yang dia inginkan, baik dia maupun dokter kandungan itu tidak dapat mengatakannya.
Karena tubuhnya tiba-tiba disiksa dengan ketidakmampuan, dokter kandungan itu jatuh ke lantai dan menjatuhkan benda yang dipegangnya. Benda itu berguling keluar dari handuk dan menggeliat mendekati wajahnya. Saat benda itu mendekat, benda itu tampak meleleh, kulitnya mengendur dalam gulungan-gulungan panjang, terlipat masuk dan keluar dari tubuhnya dalam gelombang-gelombang daging.
Seorang perawat NICU bergegas membantu dokter kandungan itu. Dia berlutut di samping tubuh dokter yang kejang-kejang. Perawat itu meneriakkan perintah-perintah yang tidak dapat dipahami kepada orang lain dan meletakkan tangannya yang menenangkan di bawah kepala wanita itu yang tersentak-sentak. Kaki-kaki bergegas lewat. Peralatan bergegas masuk.
Namun, dokter kandungan itu tidak menyadari semua ini. Dengan sedikit kesadaran yang masih tersisa, ia melirik benda itu, bayi Vinda Darmuji, dan sejenak bertanya-tanya mengapa dagingnya retak, mengapa benda itu tiba-tiba punya mulut, dan mengapa, ketika dia melihatnya, benda itu tersenyum puas padanya dengan cara yang sangat dikenalinya dari cermin kamar mandinya sendiri pagi tadi.
***
Menyeramkan, bukan? Siapa atau apa bayi itu? Kekuatan apa yang mungkin dia punya? Mengapa dia punya mulut di akhir adegan padahal sebelumnya tidak punya, dan mengapa mulutnya mirip dengan mulut dokter kandungan? Namun, yang terpenting, bagaimana ini berhubungan denganmu? Aku baru saja memecahkan stoples ambiguitas, dan kamu harus bergegas dari satu bagian ke bagian lain, menyerap informasi dari setiap kata, setiap frasa. Kamu harus mengumpulkan petunjuk dari film klasik Rosemary's Baby yang diangkat dari novel Ira Levin, atau film-film David Paul Cronenberg, dan wacana misterius seputar homunculi dan mutasi. Potensi di titik ini dalam cerita berada di puncaknya. Maknanya paling segar. Mitos itu bisa berubah ke arah mana saja, dan semuanya sama-sama lezat.
Jadi, ke mana kita pergi dari sini? Kita menggali lebih dalam, ke lapisan mitos berikutnya. Kita kembali ke rumah sakit, di mana...
***
Pimpinan rumah sakit memberi tahu Vinda Darmuji bahwa anaknya tmeninggal saat dilahirkan. Mereka menjelaskan bahwa yang terbaik adalah tidak melihat jasad bayi itu, bahwa kehilangan itu akan lebih mudah kalau dia dapat menyimpan dalam hatinya gambaran bayinya sebagai roh yang menderita tapi cantik, dan sekarang tenang dalam damai. Mereka menjelaskan bahwa seorang konselor akan tersedia untuk berbicara dengannya kapan pun dia mau. Mereka menjelaskan bahwa "hal-hal ini terjadi" dan mereka menyampaikan belasungkawa dan pengurangan dua juta pada tagihan medisnya. Mereka menjelaskan bahwa Vinda harus mencoret-coret tanda tangannya yang gemetar pada selusin formulir yang berbeda. Mereka menjelaskan bahwa mereka akan kembali kalau dia membutuhkannya, tetapi mereka harus memeriksa pasien lain.