Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Boneka Sihir

17 September 2025   16:16 Diperbarui: 17 September 2025   15:50 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Boneka Sihir

"Astaga," kata Silvana ketika Farhad muncul di perpustakaan rahasia dengan boneka tak berambut yang berlumuran tanah, telanjang, dengan paku di mata, tangan, kaki, dan jantungnya. "Itu vooneka!"

"Ini bukan boneka, bodoh," kata Farhad. "Ini adalah Nikita, Kejutan Tahun Politik, dari tahun 2018. Aku akan memperbaikinya!" Dia berjinjit.

"Mungkin tadinya boneka fesyen, tapi sekarang menjadi vooneka, juju -- alat untuk sihir." Silvana meletakkan laptopnya di atas bufet kayu jati gelap dan menarik napas dalam-dalam.

"Dan kini saatnya kuliah sejarah!" Sambil nyengir, Farhad duduk di kursi berlapis kulit sapi yang dipaku.

"Vooneka adalah alat sihir simpatetis. Apapun yang dilakukan pada boneka itu juga terjadi pada targetnya," kata Silvana. "Dan penyihir serta boneka sudah ada sejak dulu. Dipercaya berasal dari suku Fon di Dahomey, sekarang Benin. Kepercayaan yang desibut Voodoo kemudian berkembang di antara para budak di Haiti dan New Orleans. Begitu juga di antara kaum kulit putih, contohnya New England, Amerika. Orang-orang di Salem dituduh menusuk boneka dengan jarum ke vooneka untuk menyiksa korbannya. Di Jepang, ada ritual Ushi no toki mairi, mengutuk korban  dengan perantara boneka jerami."

"Boneka ini yang menghubungiku." Farhad mengelus kepala si kecil.

"Di mana kamu menemukannya---di dalam tanah?"

"Ya---di tempat favoritmu."

Silvana menutup wajahnya dengan telapak tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun