Boneka Sihir
"Astaga," kata Silvana ketika Farhad muncul di perpustakaan rahasia dengan boneka tak berambut yang berlumuran tanah, telanjang, dengan paku di mata, tangan, kaki, dan jantungnya. "Itu vooneka!"
"Ini bukan boneka, bodoh," kata Farhad. "Ini adalah Nikita, Kejutan Tahun Politik, dari tahun 2018. Aku akan memperbaikinya!" Dia berjinjit.
"Mungkin tadinya boneka fesyen, tapi sekarang menjadi vooneka, juju -- alat untuk sihir." Silvana meletakkan laptopnya di atas bufet kayu jati gelap dan menarik napas dalam-dalam.
"Dan kini saatnya kuliah sejarah!" Sambil nyengir, Farhad duduk di kursi berlapis kulit sapi yang dipaku.
"Vooneka adalah alat sihir simpatetis. Apapun yang dilakukan pada boneka itu juga terjadi pada targetnya," kata Silvana. "Dan penyihir serta boneka sudah ada sejak dulu. Dipercaya berasal dari suku Fon di Dahomey, sekarang Benin. Kepercayaan yang desibut Voodoo kemudian berkembang di antara para budak di Haiti dan New Orleans. Begitu juga di antara kaum kulit putih, contohnya New England, Amerika. Orang-orang di Salem dituduh menusuk boneka dengan jarum ke vooneka untuk menyiksa korbannya. Di Jepang, ada ritual Ushi no toki mairi, mengutuk korban  dengan perantara boneka jerami."
"Boneka ini yang menghubungiku." Farhad mengelus kepala si kecil.
"Di mana kamu menemukannya---di dalam tanah?"
"Ya---di tempat favoritmu."
Silvana menutup wajahnya dengan telapak tangan.