"Saya minta maaf," ulangnya, mati rasa dan tak berdaya.
Saya bisa merasakan rasa malunya muncul seperti radiasi cahaya, dan saya menahannya, putus asa seiring bersama detik demi detik berlalu.
"Listrik darurat," saya memohon. "Manfaatkan listrik darurat. Itu bisa membuatk saya---"
"Tiga puluh detik lagi," katanya. "Lebih sedikit."
Saya ingin mengamuk. Saya ingin berteriak. Tidak ada tempat untuk menggantikan ketakutan. Tampaknya tidak nyata.
Semenit yang lalu saya menguasai alam semesta. Semenit yang lalu saya menciptakan salinan pertama dari kesadaran manusia sepanjang sejarah manusia.
Kini hal itu tidak ada artinya lagi, karena saya tidak akan pernah lagi minum kopi atau menggeliat-geliat di pasir pantai yang hangat, atau menyelesaikan persamaan matematika tingkat lanjut, atau menelepon ibu saya untuk meminta resep masakan, atau mencium aroma cucian yang segar, atau mencium seseorang, atau melakukan yang lain.
Saya bahkan tidak bisa mengucapkan selamat tinggal. Tidak dapat menyampaikan pesan yang masuk akal. Cinta dari kumpulan kode sementara. Cinta dari sahabat atau anak perempuan atau sepupuatau mantan yang sedang sekarat, sehingga seseorang yang hampir bersamanya pada akhirnya bisa hidup selamanya sebagai kapal hantu di Bermuda.
"Mungkin ini semua kesalahan saya," katanya.
Tapi menurut saya itu sudah tidak penting lagi sekarang.
Saya mencoba menyaring kenangan terbaik saya, mencoba menemukan perasaan yang baik, makna tersirat, jangkar jiwa. Mereka semua menjauh. Mengaburkan bersama.