Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dicari: Ksatria Berbaju Zirah

1 September 2025   08:08 Diperbarui: 31 Agustus 2025   23:36 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

"Bagus." Dia berjalan ke ruang belakang, menyalakan radio. Saya diusir.

Saya memulai dengan yang dekat dengan tanah, berdiri jauh di belakang dengan kaleng semprot dipegang di depan saya dengan kedua tangan, seperti pistol laser. Saya menekannya kuat-kuat sampai awan kabut tebal mengelilingi sarang berselaput itu.

Hati saya mencelos mendengar bunyi desisan beracun pestisida di tempat saya berlibur di pegunungan Cartenz, namun rasanya bodoh jika mengabaikan nasihat Kakek Kondolangit.

Ketika botolnya sudah kosong, saya kembali ke minimarket Kakek Kondolangit untuk membeli lebih banyak lagi.

Kenapa saya belum pernah mendengar tentang ini sebelumnya?

"Terlalu dingin. Telur-telurnya tidak menetas kecuali musim dingin." Dia melambaikan tangannya menunjuk ke koran kemarin:

Musim Dingin Terdingin Sejak Badai Salju di Iran Tahun 1972

"Kami mencoba melawan mereka," katanya sambil melemparkan setengah lusin kaleng lagi ke konter. "Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan semuanya."

"Saya melakukan yang terbaik, Tete Kondolangit."

Ulat-ulat tersebut mencari makan pada malam hari, merangkak keluar dari sarang dan mengelilingi pepohonan. Setiap hari saya menyemprot dan setiap sore saya mengamati tanda-tanda kehidupan, mencatat sarang yang aktif untuk penyemprotan tambahan keesokan harinya. Akhirnya, sepertinya saya berhasil.

"Saya berhasil, Tete Kondolangit. Sudah habis semuanya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun