Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dicari: Ksatria Berbaju Zirah

1 September 2025   08:08 Diperbarui: 31 Agustus 2025   23:36 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Saya sungguh menghargai kedatangan Anda. Saya tahu. Menempatkan iklan di Swindler mungkin bukan cara terbaik untuk mengatasi hal ini.

Saya  ... saya tidak tahu harus mencari bantuan ke mana. Mungkin seharusnya saya menjelaskannya secara langsung, tapi saya khawatir Anda tidak akan datang.

Saya akan menceritakan semuanya pada Anda.

Dimulai dengan ulat. Serius!

Makhluk merayap kecil itu berkerumun di pepohonan yang tertutup salju di belakang villa gubuk saya. Mereka membuat sarang di sekeliling jarum cemara, bola-bola benang putih lengket yang tergantung di dahan.

"Serangan hama," gerutu Kakek Kondolangit ketika saya masuk untuk membeli beberapa bahan makanan. Dia mengeluarkan kaleng semprotan insektisida dari bawah meja, meletakkannya di sebelah susu.

"Saya tidak suka menggunakan barang itu, Tete Kondolangit. Itu tidak baik untuk lingkungan.Mencemarkan alam sekitar."

"Ambil," perintahnya tegas ketika saya ragu-ragu. Dia menyorongkannya ke tangan saya. "Jadi, karena kau sudah punya kalau kau perlu itu barang."

Itu adalah khutbah menurut standar Kakek Kondolangit, jadi saya mengambilnya, memasukkannya ke dalam ransel saya, dan dia menyebutkan sisanya.

Kakek Kondolangit berusia sekitar seratus tahun, mengelola toko kecil berdebu di Toko Rimbamart untuk mereka yang punya villa gubuk di sini. Peradaban berikutnya adalah Bantarkali, satu jam berkendara menuruni gunung. Saya mencoba untuk tetap berbaik-baik dengan Kakek Kondolangit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun