Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gelap dan Cahaya

15 Agustus 2025   15:13 Diperbarui: 15 Agustus 2025   15:13 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Aku parkir di halaman rumahnya, berjalan menuju pintu depan, dan memasukkan kunci ke dalam lubangnya.

Rasanya ada yang salah, dan pintunya berderit menyeramkan, seolah setuju. Seolah-olah dia tahu aku sudah sangat terlambat.

Aku telah melewati dua kali matahari terbit dan satu kali matahari terbenam untuk sampai ke sini, nyaris tanpa berhenti. Memulai perjalanan di tengah dinginnya musim hujan dan mengakhirinya di awal hari musim kemarau yang panas.

Aku tidak tahu adikku telah pergi ke timur, ke tempat yang begitu terang dan berkilau dan sangat berbeda dari tempat kami dibesarkan, di barat yang hujannya tak pernah berhenti.

Tempat ini pasti cocok untuknya. Tania tidak pernah menyukai dingin atau gelap. Aku tidak pernah mengerti bagaimana dia bisa hidup di dalam keduanya, bagaimana mereka berhasil menelannya secara utuh.

Tempat Tania sebelumnya yang aku kunjungi adalah apartemen kotor dengan seprai sebagai tirai jendela dan dua teman sekamar yang bermata cekung. Aku mampir untuk melihat keadaannya - waktu itu aku selalu memeriksa keadaannya - dan menemukannya terpuruk di sofa usang, kepala tertunduk, tak mampu menahan mata cokelatnya yang indah untuk tetap terbuka.

Seminggu kemudian, seorang teman melihatnya mengemis di sebuah pompa bensin.

Aku juga sudah melakukan peranku dalam mengemis. Mencoba bernegosiasi dengan kegelapan yang menghuninya, untuk menghalaunya.

Aku mengantarnya ke rumah sakit, dan ke panti rehabilitasi. Aku memberinya kunci rumahku, tempatnya untuk kembali, apa pun yang terjadi.

Selalu saja, dia mencuri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun