Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gelap dan Cahaya

15 Agustus 2025   15:13 Diperbarui: 15 Agustus 2025   15:13 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Rambutnya yang cokelat panjang, yang aku kepang berulang kali. Bunga lavender yang ingin kami atur ulang. Benteng kami di hutan. Gelang yang tidak pernah ia lepas, dengan hiasan berbentuk sabitbulan. Betapa bahagianya ulang tahun baginya, meskipun itu bukan miliknya.

Cara dia tertawa dengan seluruh tubuhnya. Betapa dia sangat menyukai makanan manis. Betapa kami sangat menyayangi satu sama lain.

Aku ingin mencium aromanya lebih lama, dan saat aku menarik bajunya dari lemari, mendekatkannya ke wajahku dan dengan rakus menghirupnya, aku melihat lantai lemari dipenuhi hadiah dibungkus dengan kertas cokelat, dan diberi label dengan hati-hati---namaku.

Ada sembilan. Satu untuk setiap tahun kami berpisah.

Aku membukanya terlebih dahulu. Sebuah buku, Salvage the Bones yang sudah usang dan compang-camping yang selalu kuidamkan. Tulisan miringnya di dalam: Kakak Terbaik - Selalu. Yang kedua adalah kunci rumah lamaku, dan tag bertuliskan: Terima Kasih. Yang ketiga: sisir rambut tanduk kerbau kesayangannya, diukir di bagian belakang bunga dekoratif. Sebuah kertas catatan tertempel: Maaf. 

Aku membuka satu hadiah lagi. Sebuah gambar hati, ditempel pada kartu yang bertuliskan: I did it!

Tidak sanggup lagi aku membuka sisanya. Tenggelam di tempat tidurnya, aku terisak.

Untuk semua hal yang tidak kucoba. Untuk kata-kata yang tidak akan pernah bisa kutarik kembali. Untuk waktu yang terbuang.

Aku tertidur dan baru terbangun pada pagi keesokan harinya. Mengenakan baju dari lemarinya.

Lilis akan segera datang. Aku beranggapan Tania berutang padanya, dan aku akan membayarnya. Kesempatan terakhirku untuk merawatnya.

Namun ketika Lilis tiba dengan seorang pekerja sosial dan seorang bayi dalam gendongannya, aku sadar betapa aku telah salah paham. Bayi itu memakai kalung dengan liontin berbentuk bulan sabit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun