dia menanggalkan blusnya, tetangga kita yang minim,
menatap tak bergerak, aku batu bata penuh nafsu gairah,
dan dia diikuti ke dalam, dengan rompi bermonyet.
bajingan yang beruntung, rompi bermonyet sayang,
dan di atasnya, diam di baris kesembilan belas,
meruntuhkan batu bata yang lembek ini, tak kunjung keras
menatap siput terangsang yang ciut mengecil,
memimpikan kamar kerja tetangga yang minim,
kini putih menjadi warna lesungku, meleleh
tetangga yang bermonyet singkirkan siput yang terangsang,
Baris kesembilan belas muak dengan tetangga yang minim
setidaknya, aku batu bata, dengan lesungku masih bisa bermain
CIkarang, 5 April 2024