aku memata-matai rompi bermonyet tua tersayang,
yang menolak menghancurkan siput tua yang malang.
melarikan diri ke dinding, siput yang terangsang,
kutatap pantat tetangga yang minim,
yang mengedipkan matanya pada rompi bermonyet,
cemburu, menangkap batu bata buangan ini,
amarahnya mengambil alih dan mengikat mortirku,
dan aku bermimpi memukul baris kesembilan belas.
mereka berkotek mengiba di baris kesembilan belas,
jejak basah ditinggalkan siput yang terangsang,
Tepat di alur yang tercampur melengkung di lesungku,