Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gigi Warisan

22 Januari 2023   21:47 Diperbarui: 22 Januari 2023   21:58 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.nezavisne.com/zivot-stil/zivot/Pravi-vampiri-zaista-postoje/154745

"Ya. Semua yang tersisa." Aku menutup kotak itu dan menariknya. "Masih ada masalah pembayaran, Tuan Renfield."

Dia memelototiku tetapi merogoh mantelnya dan meletakkan tas sutra kecil di meja. Aku membukanya dan ratusan berlian kecil yang sempurna berkilau di dalamnya. Renfield merupakan pemilik tambang berlian di Afrika. Kekayaannya sangat besar, dan dia membutuhkan sumber daya itu untuk meyakinkanku agar mau berpisah dengan satu hal berharga yang kumiliki.

"Cukup untuk menjalankan praktik kecilmu ini sampai abad berikutnya kalau kamu mau," Tuan Renfield melihat sekeliling ke kantorku yang lusuh. "Kamu akan memasang giginya sekaligus."

"Ada risikonya," kataku. "Tubuh Anda lemah dan--"

"Kamu sudah mendapatkan bayaranmu. Sekarang lakukan apa yang kuminta." Dia memukulkan tongkatnya ke lantai. Ini bukan orang yang terbiasa dibantah.

Aku mengesampingkan keraguan dan rasa takutku, dan memasukkan kantung berlian ke dalam mantelku.

"Ikut aku."

***

Tuan Renfield duduk bersandar di kursi dokter gigiku. Kepala ke belakang, mulut terbuka. Untuk pria seusianya, giginya dalam kondisi yang sangat baik.

"Tuan Renfield, aku harus mencabut gigi aslimu untuk memasang gigi palsu ini," kataku. "Akan ada rasa sakit yang luar biasa, tetapi dengan usia dan kesehatan Anda, aku tidak bisa mengambil risiko dengan anestesi."

Dia tertawa, pendek dan tajam. "Paru-paruku dimakan tumor dari dalam. Aku terbangun setiap pagi dan batuk hinga muntah darah, lalu menghabiskan hariku dengan penderitaan yang hampir tak tertahankan. Cabut giginya, Dokter, dan jangan khawatir tentangku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun