"Katanya asli. Aku tidak bilang kalau aku membelinya."
"Salah satu dari sekian banyak pengagummu?"
"Aku pencuri, ingat?"
Pria itu menekan dada kirinya.
"Mana kopi yang kamu janjikan tadi?"
"Oh, itu cuma untuk membujukmu untuk mengantarku ke sini. Pria sepertimu butuh dirayu dengan kopi, atau, 'Datanglah ke apartemenku untuk melihat lukisan era Mooi Indie.'"
"Hindia Jelita terdengar lebih baik."
Pria itu duduk sofa. Si wanita berjongkok di depannya, tangan berada di pinggul sang pria, tidak cukup erat sebagai pelukan.
"Kamu belum menyebutkan namamu," katanya berbisik.
"Mahiwal," kata sang pria.
"Lucu," jawabnya, "sama seperti nama suamiku."