Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mesin Kopi

30 Juli 2021   21:06 Diperbarui: 30 Juli 2021   21:09 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gedung-gedung tetangga menjulang tinggi menghalangi sinyal ponsel dan siaran televisi. Jalan di bawahnya lebih seperti gang, dan perawatan menghabiskan banyak uang meskipun kamu jarang menghabiskan waktu di sini.

Uang sewa selangit merupakan salah satu alasan mengapa kamu harus menyedot orang-orang seperti Tuan Tiongkok Daratan.

Dengan kepala masih berdenyut-denyut, kamu bertanya-tanya untuk keseribu kalinya, bagaimana hidupmu seperti ini, meeting tanpa henti di kantor sepanjang hari, lalu berpesta setiap malam dengan orang-orang entah dari mana dengan biaya yang ditanggung perusahaan dari kota kecil mereka dan istri kota kecil mereka, di sini untuk bergabung di Megapolitan Jakarta bersamamu sebagai pemandu wisata pribadi mereka.

Kamu berbalik kembali ke apartemen untuk melihat apakah espressomu sudah jadi. Melihat notifikasi pesan suara masuk di ponsel. Oh, kamu lupa semalam membisukan nada dering mengubahnya menjadi mode getar.

Kamu menekan tombol 'Play'.

Iwan, ini Tanu. (Ada apa sih, bos?).

Aku tahu ini hari Sabtu, tetapi aku perlu tahu apa yang terjadi tadi malam (Sebaiknya aku minum kopiku dulu sebelum dingin).

Aku on the way ke ke kantor polisi untuk menyelamatkan Kho Liem (Kho Liem? Siapa Kho Liem? Oh, sh*t! Tiongkok Daratan!)

... sesuatu tentang pelacur dan bar karaoke, dan dia bilang polisi kalau kamu yang mengatur semuanya. Telpon aku secepatnya.

Kamu berdiri melongo menatap layar ponsel. Kepalamu sekarang benar-benar sakit.

Kamu memutar otak, memutar ulang kejadian semalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun