Mohon tunggu...
Atanshoo
Atanshoo Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Administrasi Perkantoran. Memiliki hobby menulis, untuk menyalurkan kegelisahan terkhusus pada kategori Humaniora dan Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Melodi Suara Rakyat: Pesta Demokrasi di TPS

6 Februari 2024   08:00 Diperbarui: 6 Februari 2024   08:07 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Melodi Suara Rakyat: Pesta Demokrasi di TPS

(Atanshoo)

Di sebuah sudut kota, saat fajar mengusir kelam, TPS nomor 17 ramai seperti pasar pagi. Tenda-tenda berdiri, spanduk warna-warni berkibar lembut diterpa angin. Ada kegembiraan yang tak biasa, sebuah perayaan demokrasi yang meriah.

Sejak subuh, panitia sudah sibuk layaknya lebah. Mereka mempersiapkan segalanya, dari bilik suara hingga kotak yang akan menampung harapan. Tak lama kemudian, warga mulai berdatangan. Muda dan tua, semua berjalan bersama menuju panggung penting ini. Ada senyum, ada sapa, ada harapan yang dibawa.

Anak-anak berlarian, tertawa, menikmati suasana. Orang tua berbicara lepas, bercerita tentang masa depan yang mereka impikan. Pemuda dan pemudi, dengan semangatnya, berdiskusi tentang perubahan yang mereka harapkan. Semua berkumpul di TPS, sebuah tempat di mana perbedaan disatukan oleh satu tujuan: memilih pemimpin.

Di sini, setiap suara berharga. Lembaran kertas suara layaknya permata, menyimpan kekuatan untuk membentuk nasib bangsa. Panitia dengan sabar dan teliti, memandu setiap langkah, memastikan proses berjalan lancar. Suasana gembira ini, bagaikan pesta rakyat yang meriah, di mana setiap warga negara menjadi bintang utama.

Tak ada yang terburu-buru. Warga mengantre dengan tertib, menunggu giliran untuk menyuarakan hati. Di bilik suara, sejenak, mereka berdialog dengan diri sendiri, memilih dengan hati. Dan ketika kertas suara masuk ke dalam kotak, ada kepuasan tersendiri. Itu adalah kontribusi nyata untuk Indonesia.

Ketika matahari semakin tinggi, dan suara-suara telah terkumpul, TPS mulai sepi. Tenda-tenda dirobohkan, kotak-kotak suara dikawal ketat, dan panitia mulai menghitung. Tapi kegembiraan masih terasa, menggantung di udara, sebuah perasaan bahagia setelah berpartisipasi dalam sebuah perayaan demokrasi.

Cerita dari TPS nomor 17, hanya satu dari ribuan cerita di seluruh negeri. Di setiap TPS, ada harapan, ada mimpi, ada doa, untuk Indonesia yang lebih baik. Dan di hari itu, di tempat pemungutan suara, demokrasi bukan sekedar kata, tapi sebuah perjalanan yang kita lalui bersama, sebuah cerita yang kita rajut bersama, tentang suara-suara yang berpadu, membentuk masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun