Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Ekosistem Bisnis Siswa

30 September 2025   10:03 Diperbarui: 30 September 2025   10:03 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal, OSIS memiliki potensi untuk naik kelas: dari sekadar panitia kegiatan menjadi student business board. Artinya, OSIS tidak lagi hanya mengurus protokoler, tetapi juga mengelola ekosistem bisnis sekolah---kantin, koperasi, dan platform digital---sebagai satu kesatuan sistem.

Transformasi ini bukan sekadar perubahan nama, tetapi perubahan paradigma. OSIS harus belajar menjadi manajer: menyusun strategi bisnis, membagi peran kerja, mengawasi alur keuangan, dan memastikan transparansi berjalan. Mereka harus berhadapan dengan keputusan sulit: siapa mendapat kesempatan membuka stan? Bagaimana jika ada kerugian? Bagaimana menyelesaikan konflik antar-siswa yang bersaing di kantin? Semua ini adalah pelajaran kepemimpinan yang sesungguhnya, jauh lebih dalam daripada sekadar memimpin apel pagi.

Lebih jauh, ketika OSIS diberi mandat mengelola ekosistem bisnis, mereka belajar tanggung jawab kolektif. Bahwa kepemimpinan bukan hanya soal tampil di depan, melainkan mengelola sesuatu yang menyangkut kepentingan bersama. Bahwa kesalahan dalam manajemen bisa berdampak pada banyak orang, dan karena itu integritas menjadi syarat mutlak.

Dengan demikian, OSIS yang bertransformasi menjadi student business board akan melahirkan siswa-siswa yang bukan hanya pandai berbicara di podium, tetapi juga terbiasa berpikir strategis, mengambil keputusan berbasis data, dan memahami dinamika ekonomi. Dari ruang kecil bernama sekolah, mereka ditempa untuk kelak menghadapi panggung besar bernama masyarakat.

B. Struktur manajemen: eksekutif vs pengawas

Jika OSIS diibaratkan sebagai sebuah perusahaan, maka jelas diperlukan pemisahan peran antara eksekutif dan pengawas. Tanpa struktur ini, OSIS bisa terjebak dalam lingkaran kekuasaan yang absolut: mengelola modal, mengambil keputusan, sekaligus mengawasi dirinya sendiri. Itu bukan pendidikan demokrasi ekonomi, melainkan cikal bakal oligarki kecil-kecilan di dalam sekolah.

Di sisi eksekutif, OSIS bertindak sebagai pengelola harian ekosistem bisnis siswa. Mereka yang memegang kendali atas kantin, koperasi, dan platform digital. Eksekutif OSIS ini bisa dibagi dalam divisi: keuangan, operasional, pemasaran, inovasi produk, hingga hubungan eksternal. Setiap divisi dipimpin siswa, sehingga ada distribusi kepemimpinan dan spesialisasi keterampilan.

Namun, di sisi lain, harus ada badan pengawas independen. Pengawas ini tidak boleh terdiri dari guru saja, sebab jika hanya guru yang mengawasi, maka OSIS akan kehilangan rasa kemandiriannya. Pengawas ideal adalah kombinasi: guru pembina, perwakilan orang tua, bahkan alumni yang sudah berpengalaman di dunia bisnis. Tugas mereka bukan mengendalikan, melainkan memastikan eksekutif OSIS berjalan lurus---transparan, akuntabel, dan tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi.

Dengan struktur ini, lahirlah simulasi nyata sebuah tata kelola modern. OSIS belajar bagaimana eksekutif dan pengawas saling mengimbangi, bagaimana keputusan bisnis bisa diuji secara kritis, dan bagaimana transparansi menjadi landasan kepercayaan. Inilah pendidikan kepemimpinan yang jauh melampaui sekadar teori organisasi.

Sekolah yang berani memberi ruang bagi struktur eksekutif vs pengawas ini sesungguhnya sedang melatih siswanya untuk menjadi warga ekonomi yang matang. Mereka belajar bahwa bisnis bukan hanya soal untung rugi, melainkan soal sistem yang sehat, di mana kekuasaan dikelola dengan batasan dan tanggung jawab.

C. Rotasi kepemimpinan sebagai latihan tata kelola demokratis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun