Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Ekosistem Bisnis Siswa

30 September 2025   10:03 Diperbarui: 30 September 2025   10:03 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan koperasi sebagai pusat modal dan pembagian keuntungan, ekosistem bisnis siswa tidak hanya berdiri di atas semangat kompetisi, tetapi juga berakar pada nilai kolaborasi. Di sinilah siswa belajar keseimbangan: bahwa pasar memang keras, tetapi solidaritas bisa membuat kita tetap tegak berdiri.

C. Platform digital sebagai jendela transparansi dan pasar global

Jika kantin adalah panggung nyata, dan koperasi adalah jantung modal, maka platform digital adalah jendela yang membuka sekolah ke dunia luar. Di era sekarang, bisnis tanpa digitalisasi hanyalah setengah langkah. Transparansi, efisiensi, bahkan mimpi pasar global semuanya berakar dari sini.

Bayangkan sebuah aplikasi sederhana milik sekolah, dikelola oleh siswa OSIS sebagai business manager. Di dalamnya tercatat siapa mengelola stan kantin hari ini, berapa omzet harian, berapa modal yang dipinjam dari koperasi, hingga berapa keuntungan bersih yang akan dibagi. Semua transparan, semua bisa diakses siswa, guru, bahkan orang tua. Dengan begitu, praktik bisnis siswa bukan lagi ruang gelap yang rawan manipulasi, melainkan ruang terang yang menumbuhkan kepercayaan.

Namun platform digital bukan hanya soal transparansi. Ia juga bisa menjadi jembatan menuju pasar global. Produk siswa tidak harus berhenti di lingkungan sekolah. Camilan sehat buatan siswa bisa dipasarkan lewat media sosial, kerajinan kreatif bisa dijual di marketplace lokal, bahkan ide bisnis bisa dipresentasikan dalam forum kompetisi kewirausahaan internasional. Dunia digital membuat kantin sekolah yang kecil itu bisa terhubung ke jejaring ekonomi yang jauh lebih besar.

Di titik ini, siswa bukan hanya menjadi pedagang kecil yang berjualan di jam istirahat, tetapi pengusaha muda yang belajar ekosistem bisnis modern: dari produksi, distribusi, pemasaran, hingga manajemen reputasi digital. Dengan platform digital, mereka terbiasa berhadapan dengan data, analitik pasar, hingga strategi branding.

Maka, platform digital adalah akselerator. Ia bukan hanya alat, tetapi juga ruang belajar untuk menanamkan mindset global. Siswa belajar bahwa ekonomi bernilai tambah tinggi tidak lahir dari jual beli sederhana, tetapi dari integrasi antara kreativitas lokal dengan jaringan global.

Dengan tiga pilar ini---kantin, koperasi, dan platform digital---ekosistem bisnis siswa bukan sekadar wacana. Ia bisa tumbuh menjadi sistem hidup yang melatih keterampilan praktis, membangun mentalitas ekonomi, dan menanamkan visi masa depan.

IV. OSIS sebagai Motor Penggerak Ekosistem

A. Transformasi OSIS dari organisasi seremonial ke student business board

Selama ini OSIS di banyak sekolah hanya menjadi organisasi seremonial: sibuk mengatur upacara, lomba 17 Agustus, atau acara perpisahan. Fungsinya berhenti pada simbol kepemimpinan, bukan pada latihan kepemimpinan nyata yang berhubungan dengan urat nadi kehidupan: ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun