Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kehendak sebagai Inti Kesadaran

14 April 2025   17:00 Diperbarui: 14 April 2025   14:54 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar Belakang: Krisis Kesadaran dan Kehilangan Agensi di Era Otomatisasi

Perkembangan teknologi digital, khususnya kecerdasan buatan (AI) dan otomasi berbasis algoritma, telah membawa pergeseran besar dalam cara manusia mengambil keputusan, bertindak, dan memaknai dirinya sebagai subjek yang sadar. Aktivitas yang dulunya merupakan hasil pertimbangan volisional kini banyak dijalankan secara otomatis, baik oleh sistem eksternal (seperti aplikasi yang menentukan rute, belanja, bahkan pasangan hidup), maupun oleh pola internal manusia yang dibentuk oleh kebiasaan, impresi media, dan dorongan tak sadar.

Dalam konteks ini, muncul krisis agensi---yakni hilangnya perasaan memiliki kendali atas pilihan dan hidupnya sendiri. Gejala ini dapat diamati dalam meningkatnya gangguan psikologis seperti alienasi, disasosiasi, dan kehilangan makna (meaning crisis), yang disinyalir oleh tokoh-tokoh seperti John Vervaeke. Di sisi lain, pendekatan ilmiah modern, khususnya dalam ilmu saraf dan kognitif, sering kali mereduksi kehendak menjadi sekadar ilusi atau hasil deterministik dari aktivitas neuron, sebagaimana dibahas dalam eksperimen klasik Benjamin Libet. Hal ini memperkuat anggapan bahwa manusia tidak lagi memiliki peran aktif sebagai agen kesadaran, melainkan hanya sebagai simpul reaktif dari stimulus dan data.

Namun demikian, dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perenungan filosofis yang lebih dalam, pengalaman akan "berkehendak" tetap hadir dan menentukan tindakan. Kesadaran manusia tidak hanya mencerminkan, tetapi juga mengarahkan. Kehendak bukan sekadar reaksi, tetapi intensi. Dalam kerangka ini, dibutuhkan suatu pendekatan baru yang tidak hanya mempertimbangkan kehendak sebagai entitas biologis atau psikologis, tetapi sebagai pusat eksistensial yang berkaitan erat dengan atribut seperti kuasa (kapasitas bertindak), ilmu (kapasitas memahami), dan cinta (kapasitas mengarah pada nilai).

Rumusan Masalah

Makalah ini bertolak dari pertanyaan utama:
Apa peran ontologis dan fungsional dari kehendak dalam struktur kesadaran manusia, serta bagaimana kuasa, ilmu, dan cinta berperan sebagai atribut yang memperkaya atau menyesatkan kehendak tersebut?

Pertanyaan ini menuntut penyelidikan lintas disiplin, karena tidak dapat dijawab hanya dengan pendekatan filosofis klasik atau sains empiris semata, melainkan memerlukan sintesis antara keduanya.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah:

  1. Merumuskan kerangka konseptual yang menempatkan kehendak sebagai pusat kesadaran manusia.

  2. Mengkaji peran atribut kuasa, ilmu, dan cinta dalam memperkuat atau membatasi manifestasi kehendak.

  3. HALAMAN :
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
    Lihat Filsafat Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun