Masa remaja sering digambarkan sebagai era kebebasan pertemanan. Banyak orang dewasa seringkali salah mengira. Bahwa teman sebaya adalah segalanya bagi mereka.Â
Namun, pemahaman ini terlalu menyederhanakan masalah. Pada kenyataannya, peran orang dewasa tetap krusial. Bahkan peran itu menjadi fondasi yang utama.Â
Ini bukan soal membandingkan mana lebih penting. Ini tentang bagaimana kedua peran itu bekerja. Keduanya berbeda serta saling bisa melengkapi. Mereka bekerja sama dalam membentuk pribadi remaja.
Pandangan remaja hanya peduli pada teman sebaya. Pandangan itu adalah mitos perlu diluruskan. Tentu, persahabatan di usia ini sangatlah vital.Â
Teman sebaya menawarkan rasa memiliki yang kuat. Mereka menjadi ruang untuk berbagi pengalaman sama. Di lingkaran ini, remaja belajar kemampuan sosial.Â
Misalnya negosiasi dan juga penyelesaian konflik. Namun, hubungan pertemanan seringkali labil sekali. Hubungan itu juga penuh dengan banyak dinamika. Pertengkaran kecil mudah sekali untuk bisa terjadi.Â
Ada juga masalah tekanan dari teman sebaya. Atau biasa disebut sebagai peer pressure. Tekanan itu bisa berdampak sangat negatif. Di sinilah peran orang dewasa sangat penting. Peran itu hadir sebagai suatu penyeimbang.
Orang dewasa memiliki fungsi yang sangat berbeda. Contohnya adalah figur orang tua dan guru. Juga ada paman atau seorang mentor.Â
Mereka menyediakan stabilitas serta banyak bimbingan. Hubungan dengan orang dewasa bukan tempat curhat. Hubungan ini membangun sebuah fondasi emosional. Hubungan itu juga membentuk kendali atas diri.Â
Remaja butuh figur yang bisa mereka andalkan. Untuk membantu membangun semua nilai moral. Juga untuk membentuk cara pandang pada dunia.
Penelitian psikologi banyak sekali mendukung pandangan ini. Ada konsep secure attachment atau kelekatan aman. Penelitian Armsden & Greenberg (1987) menunjukkannya.Â