Ada juga penelitian lain yang mendukungnya. (National Center for Biotechnology Information, 2009).Â
Tanpa figur yang bisa untuk diteladani. Remaja mudah terpapar tekanan peer pressure. Yang mengarah pada banyak tindakan sangat berisiko.Â
Figur dewasa seperti guru atau pelatih olahraga. Dapat mengarahkan mereka ke jalan yang benar. Dengan cara membentuk sebuah kompas moral. Serta dengan cara menanamkan nilai disiplin.
Dampak dari hubungan baik ini tidak sesaat. Dampak ini akan bertahan seumur hidup mereka. Penelitian longitudinal telah menunjukkan kualitas keluarga.Â
Bahwa kualitas fungsi keluarga sangat memengaruhi. Prestasi akademik dan juga stabilitas emosi. Pengaruhnya terasa hingga mereka menjadi dewasa. (Frontiers in Psychology, 2022).Â
Sebuah studi dari Universitas Gadjah Mada. Menemukan remaja yang tumbuh dengan kasih sayang. Cenderung akan lebih sukses dalam berkarier. Mereka juga punya kepuasan hidup lebih tinggi. (Universitas Gadjah Mada, 2017).
Sebaliknya, remaja yang kurang mendapat bimbingan. Mereka punya risiko besar untuk terjerumus. Ke dalam sebuah perilaku yang sangat destruktif. Seperti kenakalan remaja atau kegagalan akademik.Â
Namun, bahkan dalam kondisi yang sangat sulit. Satu orang dewasa yang peduli bisa mengubahnya. Dia benar-benar bisa mengubah segalanya untuknya.Â
Studi oleh Emmy Werner telah membuktikan hal itu. Ia mengikuti sekelompok anak berisiko tinggi. Yaitu selama kurun waktu tiga puluh tahun. Anak-anak yang berhasil mengatasi banyak kesulitan. Hampir selalu punya hubungan dekat dan hangat.Â
Dengan satu orang dewasa yang peduli padanya. Orang itu memberikan bimbingan dan dukungan emosi. (National Center for Biotechnology Information, 2014). Hal ini juga didukung oleh jurnal lainnya. (Jurnal Indigenous, 2017).
Dalam konteks Indonesia, dinamika ini bisa unik. Struktur keluarga lebih kolektif di beberapa daerah. Hal ini memungkinkan peran dari keluarga besar.Â