Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kehendak sebagai Inti Kesadaran

14 April 2025   17:00 Diperbarui: 14 April 2025   14:54 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tesis ini menegaskan bahwa kehendak sadar adalah fondasi dari agensi etis, dan setiap desain sistem yang mengaburkan atau menonaktifkan kehendak manusia---misalnya melalui default manipulation atau nudging yang tak transparan---perlu ditinjau ulang secara normatif. Kehendak bukan sekadar preferensi sesaat, tapi kapasitas untuk menilai, mencinta, dan memilih dengan tanggung jawab.

Implikasi ini mendorong rekonstruksi etika desain AI dan teknologi, di mana sistem harus mendukung kesadaran pengguna, bukan menggantikan atau melemahkannya. Prinsip seperti human-in-the-loop harus dilengkapi dengan will-in-the-loop: pengambilan keputusan berbasis preferensi sadar, bukan respons terotomatisasi.

5.2 Aplikasi Sosial: Pendidikan, Politik, dan Relasi Personal

a. Pendidikan

Model pendidikan saat ini seringkali menekankan transfer ilmu, tanpa pengembangan kehendak atau cinta terhadap proses belajar. Akibatnya, siswa cerdas tapi kehilangan orientasi eksistensial dan moral. Dengan kerangka ini, pendidikan harus ditata ulang dengan mengintegrasikan tiga elemen utama:

Ilmu penguasaan pengetahuan dan refleksi metakognitif.

Kehendak latihan kebebasan dalam belajar, bukan hanya patuh.

Cinta keterhubungan afektif dengan materi, guru, dan tujuan hidup.

Pendidikan volisional menjadi pendekatan baru: menghidupkan kehendak melalui motivasi internal dan relevansi personal dari apa yang dipelajari, bukan sekadar untuk ujian atau angka.

b. Politik dan Kebijakan Publik

Demokrasi yang sehat bertumpu pada kehendak warga yang terinformasi. Namun, populisme, propaganda algoritmis, dan politik identitas telah mereduksi kehendak publik menjadi reaktivitas emosional yang dimanipulasi.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun