Tesis ini menegaskan bahwa kehendak sadar adalah fondasi dari agensi etis, dan setiap desain sistem yang mengaburkan atau menonaktifkan kehendak manusia---misalnya melalui default manipulation atau nudging yang tak transparan---perlu ditinjau ulang secara normatif. Kehendak bukan sekadar preferensi sesaat, tapi kapasitas untuk menilai, mencinta, dan memilih dengan tanggung jawab.
Implikasi ini mendorong rekonstruksi etika desain AI dan teknologi, di mana sistem harus mendukung kesadaran pengguna, bukan menggantikan atau melemahkannya. Prinsip seperti human-in-the-loop harus dilengkapi dengan will-in-the-loop: pengambilan keputusan berbasis preferensi sadar, bukan respons terotomatisasi.
5.2 Aplikasi Sosial: Pendidikan, Politik, dan Relasi Personal
a. Pendidikan
Model pendidikan saat ini seringkali menekankan transfer ilmu, tanpa pengembangan kehendak atau cinta terhadap proses belajar. Akibatnya, siswa cerdas tapi kehilangan orientasi eksistensial dan moral. Dengan kerangka ini, pendidikan harus ditata ulang dengan mengintegrasikan tiga elemen utama:
Ilmu penguasaan pengetahuan dan refleksi metakognitif.
Kehendak latihan kebebasan dalam belajar, bukan hanya patuh.
Cinta keterhubungan afektif dengan materi, guru, dan tujuan hidup.
Pendidikan volisional menjadi pendekatan baru: menghidupkan kehendak melalui motivasi internal dan relevansi personal dari apa yang dipelajari, bukan sekadar untuk ujian atau angka.
b. Politik dan Kebijakan Publik
Demokrasi yang sehat bertumpu pada kehendak warga yang terinformasi. Namun, populisme, propaganda algoritmis, dan politik identitas telah mereduksi kehendak publik menjadi reaktivitas emosional yang dimanipulasi.