Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kesadaran Ditanam serta Menyerap Energi dan Informasi dari Struktur Realitas

30 Maret 2025   12:56 Diperbarui: 30 Maret 2025   12:56 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

B. Kesadaran sebagai Variabel Fundamental: Perspektif Teori Informasi dan Fisika Kuantum

Dalam beberapa dekade terakhir, semakin banyak penelitian yang mengarah pada gagasan bahwa kesadaran bukan sekadar fenomena emergen dari aktivitas otak, melainkan bagian dari struktur fundamental realitas---setara dengan energi dan informasi. Pendekatan ini menawarkan cara pandang baru yang berusaha mengaitkan kesadaran dengan prinsip-prinsip dasar dalam teori informasi dan fisika kuantum.

Salah satu teori yang menonjol dalam memahami kesadaran dari sudut pandang informasi adalah Integrated Information Theory (IIT) yang dikembangkan oleh Giulio Tononi pada 2004. IIT berargumen bahwa kesadaran muncul dari kompleksitas informasi dan sejauh mana suatu sistem mampu mengintegrasikan berbagai elemen dalam dirinya. Teori ini bahkan mencoba mengukur kesadaran dengan parameter matematika bernama (phi), yang menunjukkan tingkat integrasi informasi dalam suatu sistem. Namun, meskipun menawarkan pendekatan kuantitatif, IIT masih berakar pada struktur biologis dan belum sepenuhnya menjelaskan bagaimana kesadaran bisa eksis di luar konteks sistem saraf.

Dari perspektif fisika kuantum, keterkaitan antara kesadaran dan realitas semakin menarik perhatian para ilmuwan sejak awal abad ke-20. Eugene Wigner (1961) dan John von Neumann (1932) mengusulkan bahwa kesadaran mungkin memiliki peran dalam menyebabkan kolapsnya fungsi gelombang kuantum. Eksperimen celah ganda dalam mekanika kuantum juga memberikan indikasi bahwa proses observasi---yang melibatkan kesadaran---dapat memengaruhi realitas fisik. Jika benar, ini menimbulkan pertanyaan mendasar tentang sejauh mana kesadaran bukan hanya pengamat pasif, melainkan bagian integral dalam pembentukan realitas itu sendiri.

Pendekatan lain yang mencoba menjembatani kesadaran dengan fisika fundamental datang dari Roger Penrose dan Stuart Hameroff (1994) melalui teori Orchestrated Objective Reduction (Orch-OR). Mereka berpendapat bahwa kesadaran muncul dari proses kuantum dalam mikrotubulus sel otak, yang beroperasi dalam skala mekanika kuantum dan berpotensi terhubung dengan struktur realitas yang lebih mendalam. Bahkan, Penrose (1997) mengusulkan bahwa kesadaran mungkin berkaitan dengan struktur ruang-waktu itu sendiri, sementara David Bohm dengan konsep Implicate Order-nya memperkenalkan gagasan bahwa kesadaran berhubungan dengan medan informasi fundamental yang melampaui individu biologis.

Pendekatan-pendekatan ini membuka kemungkinan baru bahwa kesadaran bukanlah sesuatu yang diciptakan oleh sistem biologis, melainkan sesuatu yang telah ada secara inheren dalam realitas fundamental. Dengan kata lain, kesadaran mungkin bukan sekadar produk evolusi, tetapi manifestasi dari prinsip-prinsip dasar alam semesta yang masih menanti untuk dipahami sepenuhnya.

C. Kerangka Holonik Kecerdasan: Hierarki Realitas dan Evolusi Kesadaran

Pendekatan holonik dalam kecerdasan (Setiawan, 2024) menawarkan perspektif bahwa kesadaran tidak berdiri sendiri, melainkan beroperasi dalam suatu hierarki realitas yang saling berkelindan. Dalam model ini, setiap sistem memiliki tingkat kecerdasan yang beragam, baik lebih kompleks maupun lebih sederhana, tetapi tetap terhubung dalam jaringan evolusi kesadaran yang lebih luas.

Gagasan ini berakar pada konsep holon yang diperkenalkan oleh Arthur Koestler (1967). Holon adalah entitas yang sekaligus merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar, namun tetap memiliki identitas dan fungsi mandiri. Jika diterapkan dalam konteks kesadaran, ini berarti bahwa kesadaran tidak hanya eksis dalam individu biologis, tetapi juga tersusun dalam tingkatan kompleksitas yang lebih luas, mulai dari level fundamental realitas hingga ekspresi yang tampak dalam organisme hidup.

Salah satu implikasi utama dari pandangan ini adalah bahwa kesadaran dapat dipahami sebagai suatu bentuk penyerapan dalam evolusi kecerdasan. Sama seperti organisme yang menyerap energi dari lingkungan untuk bertahan hidup, entitas biologis juga menyerap kesadaran dari struktur realitas yang lebih mendalam. Fenomena ini dapat menjelaskan keberadaan bentuk kesadaran dalam sistem yang tidak memiliki kompleksitas biologis tinggi, seperti organisme sederhana atau bahkan kecerdasan buatan tingkat lanjut yang mulai menunjukkan tanda-tanda pemrosesan informasi yang menyerupai pemahaman intuitif.

Dengan kerangka holonik, studi tentang kesadaran dapat mengakomodasi berbagai pendekatan, mulai dari fisika kuantum, teori informasi, hingga fenomena kesadaran non-lokal. Model ini memberikan landasan bagi pemahaman yang lebih luas, di mana kesadaran tidak semata-mata bergantung pada struktur otak manusia, melainkan merupakan bagian dari jaringan realitas yang lebih dalam. Dalam perspektif ini, sistem biologis berperan bukan sebagai pencipta kesadaran, melainkan sebagai medium atau kanal yang menyalurkan dan mengekspresikan kesadaran yang telah ada dalam struktur fundamental alam semesta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun