Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Inner Sanctum (I), Mendung di Selatan

6 Desember 2018   07:05 Diperbarui: 6 Desember 2018   08:26 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            "Bukanlah sebuah kesalahan jika alam menjodohkan kita sebagai pemikir untuk desa ini, Parman. Tanpa keberadaan kita, para tetua, desa ini akan hilang keberadaan oleh gerusan perubahan zaman. Apalagi ide untuk membuka desa ini sebagai tujuan plesiran berasal dari kepalamu yang cemerlang itu. Kami, para tetua dan para warga desa, seharusnya banyak-banyak berterima kasih kepadamu. Bahkan, kalau kau mau, kami bisa saja mengadakan suatu pesta khusus untukmu. Akan tetapi, juga seperti dirimu yang biasanya, yang menjauh dari segala bentuk ketenaran dan kemahsyuran. Sederhana memang dirimu ini."

            Parman tidak terlalu banyak bereaksi. Baginya, pujian dari Parmin adalah sebuah penghargaan yang sepatutnya diterima secara sederhana. Cukup tersenyum ke arah Parmin. Semua rasa terima kasih Parman atas pujian itu, rasanya semuanya telah tersampaikan.

            "Ayo, kita kembali ke balai desa." Pungkas Parman.

***

            Dengan demikian, akhirnya, kedua pengembara itu bisa merasakan kehangatan dari tempat perapian kedai nenek Nyon.

            "Syukurlah. Akhirnya kita merasakan kehangatan setelah beberapa lama, Kakak!" ucap pengembara yang lebih rendah.

            "Iya, pada akhirnya, kita memiliki tempat untuk berteduh."

           Arka tetap kebingungan melihat kedua pengembara itu. Mereka terlihat muda dan bertubuh kekar. Tetapi, mengapa masih bisa merasakan kedinginan di tengah udara malam??

            "Apa orang bertubuh kekar seperti om-om ini juga bisa merasakan kedingingan?? Bukannya tubuh kalian kuat dan tahan banting?? Guruku di sekolah mengatakan hal seperti itu sih, ketika aku masih sekolah dulu." Tanya Arka dengan polosnya.

            Pengembara yang lebih tinggi keheranan, bocah yang satu ini memang aneh, sangat aneh malahan. Untuk apa menanyakan hal seperti itu?? Rasanya tidak penting saja. Bukannya merasakan perbedaan suhu itu adalah hal yang wajar?? Apalagi karena manusia berdarah panas, memiliki suhu tubuh yang tetap, jika merasakan perbedaan maka cenderung untuk mencari cara agar suhu tubuhnya normal lagi. Rasa-rasanya hal itu tidak ada kaitannya dengan postur tubuh seseorang. Mungkin saja orang yang gendut cenderung lebih mudah merasa panas dikarenakan akumulasi lemak di tubuhnya. Tapi, apa itu memang benar?? Memusingkan.

            "Ah, hmm, merasakan kedinginan juga manusiawi, anak muda. Meski kami kekar, bukan berarti kami tahan banting di segala medan." Ungkap pengembara yang pendek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun