Ada bejana yang engkau taruh di bilik hatiku, bejana ditengger cinta
Kurawat sekian-sekian tahun bejana itu demi titipan yang engkau sebut cinta abadi
Walau sedahulu zaman purba, hingga di kini
Kutak restu kata akan adanya cinta abadi~cinta sejati
Cinta serupa apapun itu, masihlah di atas-bawah batas ruang dan waktu
Miliki batas oleh tiada pintu keluar dan masuknya cinta
Namun ada yang dinisbahkan cinta lantaran ia menyeru bahagia
Sesaat begitu, kuhendak tak mati-mati dan hidup seribu tahun
Di saat itu jua, engkau sarat luapan rasa mengucap kalimah sakti:
"Aku mencintaimu, engkau nafasku, engkau hidupku..!"
Berdualah kita meniti rasa itu tanpa  lelah mencinta-dicinta
hingga tiba di titian akhir
Tetiba engkau berujar tegas:Â "Akhiri semua ini..!"
Aku turut pintamu sekalipun itu ucapan sebatas ujung lidah
Musabab tiada kata berpisah di palung hati terdalam
Walau itu tetap jua melukakan-menggores-menyakitkan
Lalu, kududuk di kursi bambu yang mulai dirayapi
Seperti hati ini dirayapi atau diratapi
Kubegumamlah:
"Cinta itu menjanjikan bahagia, tetapi siagalah disakiti, sebab memang hikayatnya,
di lisan pun tak lisan, begitu kodrat cinta"
Kunamailah itu; Cinta Berhikayat Luka...
-------
Makassar, 9 Juli 2021
M_Armand-Fiksianer