Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tumbal Arwah Jelangkung - 4

18 Februari 2016   19:11 Diperbarui: 18 Februari 2016   19:21 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Wajahnya yang tadi cemberut kini kembali ceria ketika Pak Brahman memerintahkan para pengurus OSIS maju ke depan mimbar. Tak butuh waktu lama, semua pengurus OSIS sudah berada di samping mimbar. Pak Brahman mencoba menenangkan siswa-siswi yang mulai ribut. Suara bentakan keras pak Brahman membuat para siswa terkejut.

“Saudara Donni saya undang untuk maju ke depan.“ undang Pak Brahman.

Donni yang berada di barisan kelasnya, XI IPS 2,langsung menuju ke depan mimbar. Dirinya begitu percaya diri. Tak ada kegugupan tersirat di wajahnya. Ia pun mengetahui bahwa sebentar lagi dia akan diangkat menjadi ketua OSIS. Sebelum pengangkatannya, Pak Brahman sebagai wakil kepala sekolah memberikan sedikit nasihat kepada Donni agar ia bisa menjalankan program-programnya dengan baik.

Semua siswa bertepuk tangan setelah kepala sekolah berjabatan tangan dengan Donni. Ia sudah menerima jabatannya sebagai ketua OSIS  baru. Tak mau ketinggalan, Lina juga bertepuk tangan. Ia begitu antusias melihat Doni diangkat menjadi ketua OSIS baru. Kemudian, pak Brahman mengambil alih barisan. Pak Brahman menunjuk salah satu siswa untuk memimpin doa penutup. Usai berdoa, barisan para siswa sudah membubarkan diri. Lina yang akan pergi dari sana, tercekat oleh sebuah suara.

Ia melihat sekelilingnya. Lina mendapati Indra sedang menyuruhnya ke sana, di depan perpustakaan. Lina menghampiri Indra. Ia berbincang sebentar dengan Indra. Sekilas, wajahnya terlihat pucat pasi. Tak seperti biasanya. Mungkin dirinya tak sempat sarapan. Keduanya kini sudah berpisah.

“Eh Lin, darimana aja kamu? Dari tadi kutunggu bukannya datang. Malah bicara sendiri, kayak orang sakit jiwa,“ tegur Shanti dari belakang.Shanti sudah lama menunggu Lina bersama dengannya ke kelas. Tapi, Lina tak kunjung menyusul dirinya

“Sakit jiwa? Kepalamu sakit jiwa. Orang aku lagi mengobrol sama Indra kok. Masa kamu gak lihat?!“ balas Lina. Ia tetap bersikeras dengan alasannya.

“Eh sumpah Lin. Anak-anak aja bilang, kamu seperti sedang bicara sendiri. Lagipula, di depan perpus nggak ada siapa-siapa.“

“Ya sudahlah. Mungkin aku khilaf. Percepat jalannya. Sebentar lagi, pak Hartono masuk. Terlambat lima menit, kita gak akan izinkan masuk kelas.“ pungkas Lina.

Dalam hatinya, Lina masih mengotot bahwa ia sedang berbicara dengan Indra. Dan Indra tepat berada di depan matanya. Namun, ia tidak mau meneruskan masalah dan memilih mengalah.

Pelajaran Kimia membuatnya kepala Lina memanas. Untungnya lonceng istirahat menyelamatkan dirinya dari kebuntuan. Lina, Shanti dan Fanny ke kantin tempat biasanya mereka bercengkerama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun