Pada suatu sore di akhir pekan kemarin, saya berkesempatan mengunjungi kawasan Georgetown, Washington D.C. Kawasan ini merupakan sebuah kawasan historis dimana terdapat banyak kedai kopi dan restoran kelas atas yang sering dikunjungi para pejabat, termasuk para pejabat Gedung Putih, tidak terkecuali Presiden Donald Trump. Konon, Donald Trump sering nongkrong di salah satu kedai kopi di kawasan ini sejak sebelum terjun ke dunia politik.
Karena sudah berada di Georgetown dan terlanjur sudah di depan sebuah kedai kopi, maka dengan sedikit ragu, saya membuka pintu kedai kopi dengan langkah kaki kanan terlebih dahulu. Kata orang tua saya di kampung, langkah kanan membawa keberuntungan.
Saat masuk, aroma kopi yang hangat dan harum langsung menyambut saya. Saya seperti merasakan aura positif yang akan terjadi hari ini. Keraguan yang muncul saat akan membuka pintu kedai kopi, mendadak sirna.
Seorang pelayan pria muda berkulit hitam berambut keriting menyambut saya dengan ramah sambil memberikan menu. Kemudian saya pun memesan kopi favorit yaitu kopi V60 dengan biji kopi asal Aceh Gayo. Saya tahu itu kopi dari Aceh karena di menu tertulis Wine Aceh Gayo. Hahaha
Ketika kopi yang saya pesan tiba dan baru saja saya akan menyeruput kopi yang dihidangkan, mendadak segerombolan pria berbadan tegap berambut cepak memasuki ruangan. Tidak lama kemudian masuklah sesosok pria berambut putih dengan jambulnya yang khas dan  sangat dikenal serta merupakan orang nomor satu di AS, siapa lagi kalau bukan Presiden Donald Trump. Ia menuju tempat agak di sudut ruangan, selain tempatnya nyaman, tempat tersebut juga tidak dilalui banyak orang.  Sehingga mudah bagi para pengawalnya untuk melindungi dirinya.
Saya berpikir, wah apakah karena saya masuk ke kedai kopi dengan langkah kanan sehingga benar-benar membawa keberuntungan. Beruntung bisa berjumpa dengan Presden AS di kedai kopi. Saya tentu saja kaget sekaligus gembira bisa  berkesempatan melihat orang nomor 1 AS duduk di pojokan kedai kopi.
Setelah hilang kekagetan saya, tanpa membuang-buang waktu, saya minta ijin ke pengawalnya untuk ngobrol sebentar dengan Presiden Donald Trump. Saya bilang kalau saya jauh-jauh datang dari Indonesia, sangat sayang tidak bisa ngobrol padahal sudah di depan mata. Masa cuma Fadli Zon dan Harry Tanoe saja yang berkesempatan ngobrol dengan Trump.
Agak ragu-ragu, si pengawal yang belakangan diketahui bernama Smith meminta ijin ke Trump. Tak lama kemudian saya melihat Trump sedikit menganggukan kepala. Meskipun tidak tahu maknanya, semoga anggukan tersebut pertanda positif.
"OK Mr. Aris, you are lucky. Mr. Presiden mau ngobrol-ngobrol dengan anda, tapi jangan lama-lama katanya," ujar Smith.
"Siap, Mr. Smith," jawab saya dengan cepat seperti prajurit yang diperintah komandannya