Mohon tunggu...
Katak kecil
Katak kecil Mohon Tunggu... Mahasiswa - di emper pondok ar-Rohman

Keringkan rumput selagi mentari bersinar.(***)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Belajar dari Alam: Tentang Kasih Sayang dan Keharmonisan

25 Januari 2022   15:53 Diperbarui: 25 Januari 2022   21:42 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Setidaknya hanya hal itulah yang ingin ku katakan padamu" si pohon mengakhiri perkatannya. 

"Kalian tau, setelah pohon mangga berkata seperti itu, aku sadar. Aku telah bersalah sebab menyakitinya, melukai tubuhnya. Aku menyesal!" kata Joni, menyadari. 

"Kamu tidak minta maafkah kepada pohon itu Jon?" tanya Dina. 

"Iya, aku sempat minta maaf kepadanya. Atas besar kesalahanku pada dirinya. Tapi anehnya, Ia tidak membalas permintaan maafku, tidak berbicara lagi. Entahlah, pohon yang aneh tapi sangat bijak Ia. Spontan, Ia telah memberikan pelajaran besar, padaku." katanya sambil mengelapi keringat dingin di dahinya. 

Sejenak Dina, Lala, dan Zaki Diam, mungkin ikut merasakan pengalaman Joni yang baru diceritakannya. Paman masih di samping mereka. Kemudian ikut nimbrung, "Hehehe... Aneh sekali hari gini ada pohon mangga yang bisa berbicara, apalagi berbicara soal yang tidak ngawur! Itu seperti bukan perkataan biasa, tapi justru dawuh, Jon" tangkas Paman.

"Maksud Paman?" sontak Joni. 

"Iya, pohon mangga itu telah memberikan dawuh atau petuah kepada kita. Petuah tentang sikap dan perilaku saling menghargai yang harus kita terapkan, sebagai sesama makhluk di bumi yang diciptakan Alloh. Seperti halnya yang sudah kita lakukan ini. Kita telah menanami banyak bibit jati hari ini, di lahan yang luas, yang awalnya tidak terawat. Menanami dan merawat bibit-bibit jati di sini, sama dengan kita ternyata sudah berkonstribusi. Kita telah melakukan penghijauan atau penanaman kembali lahan yang gundul, setidaknya sebagai upaya agar jika kemarau datang, akan semakin banyak resapan air yang terjadi karena pohon-pohon jati yang kita tanam". "Itulah salah sati wujud bagaimana kita saling menghargai dan mencintai, sesama makhluk Alloh di bumi. Dengan terus berupaya melestarikan alam agar kehidupan ini terwujud keseimbangan, keharmonisan, dan kesejahteraan seperti yang kita harapkan. Tentu akan bahagia hidup ini jika kita saling menjaga, saling menghargai, dan menebar manfaat kepada sesama". 

"Oleh karenanya, Paman kira semuanya tentu kembali kepada diri kita masing-masing, melalui kesadaran kita. Kesadaran untuk melakukan hal-hal tersebut secara tulus. Seperti yang dikatakan si pohon, dari kesadaran menjaga alam sekitar. Dari hal itu kita juga mendapat pelajaran lebih penting, yakni keberadaan orang tua kita. Orang tua kita sebagai orang-orang yang hebat Jikalau mereka masih sehat dan bersama kita sampai saat ini, berarti artinya kalian harus lebih utama bersyukur dan menghormati mereka. Bagaimana caranya? Tentu salah satunya dengan melakukan apa yang menjadi perintah mereka, membantu mereka, dan lain-lainnya. Kalian ini kan sudah tidak kanak-kanak lagi, maka harus belajar bertanggung jawab dengan diri kalian sendiri. Bertanggung jawab dengan kewajiban kalian sebagai seorang anak sekaligus seorang siswa, iya kan? Tentu adanya kewajiban itu membuat kalian harus selalu berbakti kepada orang tua di samping juga tidak lupa rajin belajar, di setiap waktu dan di manapun tempatnya. Begitupun kalian harus ingat, untuk saling membantu saling menyayangi antar sesama. Maka, Paman doakan dan berharap, semoga kalian suatu saat dapat meraih apa yang kalian cita-citakan! Seperti halnya harapan Paman kepada bibit-bibit jati. Selalu semangat untuk tumbuh! Paman akan tunggu kesuksesan kalian!" tambah Paman, dengan nada yang lantang, membuat mata kami terbelalak, spontan tersenyum, kemudian serentak, 

"Aamiin, doakan kami selalu, Paman!" sahut Dina, Zaki, dan , terasa berdebar-debar darah mereka saking semangat mendengar nasehat Paman. 

"Aamiin, maafkan Joni Paman. Jika Joni sempat melukai hati Paman, karena telah merusak pohon mangga yang sudah susah-susah Paman menanamnya" sahut Joni. 

"Iya Joni tidak apa, yang terpenting kalian sudah mengerti sekarang." (***) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun