Mohon tunggu...
Rinrin
Rinrin Mohon Tunggu... Lainnya - amateur

🍉

Selanjutnya

Tutup

Horor Artikel Utama

Teror di Desa Klenik

10 Oktober 2023   11:48 Diperbarui: 20 Oktober 2023   09:50 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sesajen | KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI 

Riana tidak menyahut, sedangkan aku harus segera menutup jendela karena hari sudah mulai gelap. Merasa khawatir dengan temanku, aku berniat menyusulnya tapi baru hendak melangkah, Riana melesat datang dan langsung menutup pintu dengan wajah pucat pasi.

"Kenapa? Ada apa lagi?" tanyaku cemas.

"A—da darah, Sekar! Gentong air di jamban mendadak berisi darah. Darah segar, bau amisnya sangat menyengat," jelas Sekar yang ketakutan.

Aku menelan ludah. "Tapi sebelum kamu, aku terlebih dahulu ke jamban tapi gentongnya berisi air, Riana."

"Sumpah aku tidak salah lihat, Sekar," katanya tak kalah cemas dariku. "Kamu tahu? Selama aku di jamban, di dapur terdengar suara-suara seperti orang sedang masak. Aku mengira Bu Asih sudah pulang. Tapi saat aku menerobos masuk, tidak ada siapa-siapa, hanya kursi bambu reyot itu yang bergerak," lanjutnya gemetaran.

"Tapi aku tidak mendengar apa-apa dari dapur," kataku lemas.

Riana mendesah dongkol, guratan frustasi tersirat di wajahnya. "Kita sudah tiga hari di sini, Sekar. Sudah sering mengalami hal-hal aneh, mulai dari bau bangkai dan kembang melati yang tiba-tiba menguar entah dari mana. 

Suara sinden, ketukan di jendela, suara-suara aneh dari halaman ketika malam. Kita seperti diteror, mereka nggak suka kita ada di sini. Sebenarnya ini desa apa sih? 

Ilustrasi sesajen (naturesdoorways.tumblr.com)
Ilustrasi sesajen (naturesdoorways.tumblr.com)

Orang-orangnya juga pada aneh, hidupnya hanya tentang ritual-ritual.  Mereka nggak percaya medis, mereka penyembah mistis. Aku nggak habis pikir kenapa pihak puskesmas melempar kita bertugas di sini. 

Apa sebelumnya mereka tidak melakukan riset? Pemerataan pelayanan kesehatan takkan berjalan mudah di sini, Sekar!" Riana mengusap wajahnya gusar, lalu melanjutkan bicaranya, "Kita di sini hanya sia-sia. Kita tidak bisa bertugas sebagai mestinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun