Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Meniup Malam hingga ke Tepian Pagi

24 Mei 2022   16:25 Diperbarui: 24 Mei 2022   16:34 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi puisi Pixabay.com


Tak ada gelak tawa yang biasa terdengar
Tak ada rindu yang sudah rapi bersembunyi
Tak ada tangis yang mengisi malam sunyi
Tak ada teriak kecewa yang menggelegar

Hening
Sepi
Sunyi

Malam yang gelap itu mengantarkan mimpi
Pada peraduan matahari yang sedang mengarak diri
Menuju kembalinya sebuah pagi
Dengan asa yang terus melambung tinggi

Setinggi matahari yang mengangkasa
Setinggi bentangan cakrawala di atas dunia
Setinggi langit yang menjelang menatap bumi
Setinggi lamunan yang tak jua tergapai hati

Sehingga
Gelap yang pekat tiada lagi
Tertiup waktu menuju pagi
Merengkuh dalam genggaman semua asa

...
Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti
#PuisiBaruAri
24 Mei 2022

25-2.173

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun