Cara menonaktikkan fitur online di WhatsApp kita. Berguna bagi yang belum tahu, kalau sudah tahu, abaikan saja.
Mungkinkah ini yang disebut menikmati prahara hati
Terlalu bodoh mungkin itu aku Ketika terkekang rasa cinta sendiri
Ada banyak cinta diberikan pada saya oleh anak-anak di kelas tempat saya mengajar.
Aku tahu ini beratMembuat badan tak semangat Ketika kenyataan ku dapat Di anganku, bayangmu masih jua berkelebat
Mengejar angin semakin tak mungkin terlebih lajunya yang menjauhi ingin
Ada sejuta memori yang telah tercipta Ada berlaksa rindu telah ada Kala kau memilih pergi menjauhi rasa Kalau kau memilih tiada jumpa
Buku ini berisi kumpulan cerpen yang saya pilih dari karya saya di Kompasiana.
"Dor," hampir saja melompat jantungku dari tempatnya tersembunyi. Itu bukan suara tembakan ya
Kadang aku ingin berseru-seru memohon pada Tuhan, ijinkan aku menepis rindu pada sang kekasih
Dan yang menjadi raja dalam jiwa kini hanya ada cinta yang tulus
Hari Buku Nasional buat saya sekarang tak hanya cukup diperingati dengan membaca buku kaya oramg lain saja
Kemarin, pada hari Minggu malam, saya menemukan poin saya di Kompasiana sudah berubah menjadi di atas 99.000. Wah, bahagianya saya.
Di suatu pagi ada perbincangan sederhana antara saya dan murid saya. Begini kisahnya.
Berdansa dengan Kematian. Sebuah judul buku yang menarik. Menggugah rasa ingi tahu. Tentang apa kira-kira isinya?
Berbekal magic jar di dalam kamar, roti tawar, mie instan, dua jenis minuman kemasan rasa coklat dan jahe. Maka muncullah ide saya mengusir lapar.
Ku menatap angkasa dan melihat gelap Mungkin bintang dan bulan sudah bersembunyi dibalik senyap
Sebuah kata yang memicu dua makna. Setidaknya bagikuKini dalam suatu keadaan jiwa
Bukan sebuah mantera. Bukan pula sekedar lantunan kata
Perasaan bahagia menatap bunga-bunga yang sedang merekah serta kebaikan hidup.