Bukan angka kecil menurutku saat ini. Sebuah pencapaian sejarah menulisku di Kompasiana. Angka 88088 sebagai capaian poin fanatik.
Aku sedang terdiam sendiri menatap langit membiarkan angkasa menselan segala pahit.
Aku lupa kalau singgah itu biasanya hanya sejenak. Mungkin seperti dirimu yang pernah bertandang di hatiku hanya dalam sesaat.
Kau tahu. Segala rasa telah lama menjelma. Sejak kapan Aku lupa
Menatap ke laut biru Seolah ada kedalaman nuranimu di sana Dalam damba penuh rindu Hati terus merapal doa tak henti-hentinya
Seringkali begitulah. Bertolak belakang dengan apa yang nampak mata
Sakit Pedih Saat mulut terkatup Tak membicarakannya Seolah tiada relasi pernah terbina Sungguh tak menyangka
Sesuatu membuatku tak ada gairah menulis rangkaian diksi hari ini
Tahan tanganmu dari mengambil batu yang tak perlu Jangan kau lempar itu padaku
Kau akan berikan apa nanti, tanyamu sepenuh hati. Hari ini hari bahagiaku, beberapa puluh tahun lalu
Hingga sebuah titik balik Saat ada rasa yang menggelitik Bisakan setidaknya satu saja Ada buku kumpulan karya puisiku yang nyata
Aku hanya seorang pemuisi sederhana yang ingin membagi karya untuk kebaikan semesta
Di hari ini Aku ingin mengucapkan dalam untain diksi puisi, Selamat Ulang Tahun untuk Bunda Roselina
Jangan dipaksa, Jangan memaksa ingin hati manusia memang berbeda-beda
Aku berteriak mencoba mengingat Segala peristiwa yang banyak Mengapa begitu mudah terlupa Apakah ini penanda sederhana
Kutanya pada lupa Aksara mana yang tertinggal Hanya ada bisikan kata dalam sebuah jeda Jauh di sudut kepala yang tunggal
Rasa di hati tak jua terbendung oleh apapun, bahkan tangis.
Puisi yang mengungkapkan keberanian untuk menceritakan lebih jauh tentang aneka puisi.
Puisi tentang menulis, memberi banyak manfaat untuk pembaca.
Aku ingin menempuh perjalanan berujung tanpa rasa, apakah bisa?