Mohon tunggu...
Arfi Zon
Arfi Zon Mohon Tunggu... Penulis - PNS dan Penulis

Seorang Pegawai Negeri Sipil yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan Malam

26 Juni 2021   16:43 Diperbarui: 26 Juni 2021   17:34 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wajahnya juga tak terlihat. Kondektur itu memakai topi. Mukanya hingga sebatas puncak hidung ditutupi buff sebagai pengganti masker. Bahkan sorot matanya pun tidak bisa kulihat karena temaram cahaya yang bisa menerangi wajahnya terhalangi oleh pet topinya yang dibenamkan dalam-dalam.

"Pak, saya nanti turun di Puraraya, ya, di simpang tiga Alingga," ujarku.

Kondektur itu hanya megangguk kecil tanpa bersuara sama sekali lalu berjalan ke depan.

"Perusahaan bus apaan nih... kru-nya pada aneh. Tadi agennya kaku dan tidak ramah, sekarang kondekturnya juga pelit bicara," gerutuku dalam hati.

Kembali kuedarkan pandangan ke sekeliling. Masih sama, semua penumpang duduk diam dan menekur dalam-dalam.

Aku lihat HP, baterai-nya tersisa tiga puluh lima persen. Segera kumatikan untuk menghemat daya. Karena perjalanan masih lumayan lama, sekitar empat jam. Sementara aku tak membawa powerbank.

Karena tidak ada yang bisa dilakukan lagi, akhirnya akupun memejamkan mata, kembali berusaha tidur. Kombinasi rasa letih, jalanan yang mulus, dan laju bus yang tenang, membuatku segera terlelap.

Sudah cukup lama rasanya aku tertidur ketika terbangun karena bus terasa berguncang-guncang. Aku kucek-kucek mata sambil mengumpulkan kesadaran.

Suasana dalam bus benar-benar gelap. Tak ada sama sekali bias cahaya yang masuk. Pertanda bus sedang melewati daerah yang tidak ada penerangan sama sekali di sekitarnya. Sementara cahaya bulan pun tak ada karena tanggal yang masih jauh menuju purnama.

Lampu kabin juga tak satupun yang hidup. Kembali kucoba pencet tombol lampu yang persis berada di atas kepala. Namun, sama seperti tadi, lampu tetap tak bisa hidup.

Benar-benar gelap. Kumiringkan kepala ke kiri lalu melongok ke depan. Terlihat cukup jelas kondisi jalan yang sedang dilalui bus karena sorot cahaya headlamp-nya yang lumayan terang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun