Mohon tunggu...
Arfi Zon
Arfi Zon Mohon Tunggu... Penulis - PNS dan Penulis

Seorang Pegawai Negeri Sipil yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan Malam

26 Juni 2021   16:43 Diperbarui: 26 Juni 2021   17:34 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Benar ternyata. Bus ini sedang merayap pelan dan terguncang-guncang di jalanan yang kondisinya buruk. Banyak lubang dan beberapa bagian amblas.

Selain kondisinya yang rusak parah, jalanan ini ternyata juga berbelok-belok. Kiri kanannya hutan belantara yang terlihat seperti tabir kelam di tengah suasana malam yang sangat gelap.

'Tanahhitam! Pasti saat ini bus sedang berjalan pelan membelah kawasan lembah Tanahhitam," batinku.

Rasa tegang menyelusup ke hati. Ini lah tempat yang ditakuti itu. Lembah yang katanya banyak begal dan angker. Nyaliku sedikit ciut. Kugumamkan beberapa baris doa memohon keselamatan.

Tiba-tiba aku teringat bahwa dari tadi aku belum tahu, apa nama perusahaan bus yang kutumpangi ini.

Kuingat-ingat lagi ke belakang.

Ketika sampai di terminal tadi, aku langsung disongsong oleh si agen berwajah dingin. Dia infokan bahwa bus jam delapan sudah jalan dan menawari aku untuk naik bus terakhir jam sepuluh.

Aku akhirnya memutuskan ikut saran itu. Segera membeli tiket dengan harga seperti biasa dan langsung naik.

Astaghfirullaah, aku teringat. Saking tidak fokusnya tadi, aku sama sekali tak memperhatikan apa nama bus ini. Bahkan tiketnya pun tak kulihat. Langsung kumasukkan saja ke saku celana. Benarkah ini bus PO Berkat Yakin yang memang melayani trayek Astina - Puraraya?

Jantungku berdetak cepat. Segera kuangkat sedikit bokong, lalu merogoh-rogoh saku celana. Mencari potongan tiket yang diberikan kondektur tadi. Aku ingin membaca nama PO Bus yang tertera di sobekan tiket itu.

Ketika jari-jariku merasakan lembaran tipis dalam saku celana, buru-buru kutarik dan menerawangnya.

Sontak aku terperanjat melihatnya.

Selembar daun kering!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun