Aku kembali mencoba mengamati penumpang lain. Ingin mengajak salah seorang di antara mereka ngobrol. Setidaknya bertanya ke mana tujuan mereka. Siapa tahu ada yang berdekatan dengan tujuanku.
Namun, masih sama dengan saat aku naik tadi. Semua diam dan menunduk di tempat duduk masing-masing.
Aku melongok ke belakang. Berusaha melihat lebih jelas pada penumpang yang posisinya paling dekat. Dua deret di belakangku.
Sepertinya seorang perempuan berambut panjang. Tapi tak bisa kukenali wajahnya. Karena dia memakai masker. Kening bahkan matanya nyaris tertutup semua oleh rambut panjangnya yang tergerai. Dari tadi dia juga terlihat terkulai tak bergerak-gerak. Sepertinya tertidur.
Tak ada yang bisa kuajak ngobrol.
Aku alihkan pandangan ke luar, suasana terminal sudah sepi. Selain bus ini, hanya ada dua bus lain yang juga masih menunggu jadwal keberangkatan.
Tak terlihat lagi ada pedagang asongan yang kalau siang hari ramai menjajakan dagangannya kepada para pengunjung terminal.
Aku lirik jam tangan, baru pukul sembilan. Masih satu jam lagi jadwal keberangkatan. Karena kelelahan, akupun tertidur.
*****
Aku terbangun oleh colekan kondektur yang meminta tiketku. Rupanya bus sudah jalan. Aku perhatikan suasana kiri - kanan. Sepertinya sudah di luar kota. Terlihat dari suasana yang tidak lagi padat.
Aku rogoh saku celana lalu menyerahkan tiket pada si kondektur. Dia menyobek tiket itu lalu menyerahkan salah satu potongannya kepadaku. Aku pun segera memasukkan sobekan tiket itu kembali ke saku celana.