Mohon tunggu...
ARBI RIYANSYAH
ARBI RIYANSYAH Mohon Tunggu... Penulis Harian Lepas

Tulisanku bukan puisi. tapi kata-kata gelap. yang berkeringat dan berdesakan. mencari jalan. @arbirasyid

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Puisi] Ratap tak Bertuan

29 Agustus 2025   03:20 Diperbarui: 29 Agustus 2025   03:17 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menunggumu dengan kepala penuh racun

mengunyah pahit tahun demi tahun

sampai gigiku tanggal,sampai jiwaku keropos,

sampai tak ada lagi yang tersisa selain kehinaan.

Kau tahu apa artinya menunggu?

Artinya aku membunuh diriku pelan-pelan

mencekik harapan sendiri sampai wajahnya biru dan mati

lalu menghidupkannya lagihanya agar bisa kukejami sekali lagi.


Sial!
Aku memaki namamu di setiap gelas kosong

aku muntahkan bayanganmu di setiap mimpi busuk.
Tapi kutukan itu menempel di lidahku
tak bisa kucuci,
tak bisa kulempar,
aku tetap mencintaimu meski cintanya
adalah belati yang terus menebas nadiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun