Mohon tunggu...
Andreas Raditya
Andreas Raditya Mohon Tunggu... Foto/Videografer - :)

:)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sesal, Ada di Akhir Cerita

16 Agustus 2018   16:11 Diperbarui: 16 Agustus 2018   16:28 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            "Mana ayahmu?"

            Di tengah kebun teh ada sebuah pendopo kecil yang digunakan sebagai tempat singgah para pekerja pak Kir, termasuk ayahku. Ayahku sengaja menyuruhku ke pendopo karena ia tahu bahwa pak Kir sedang beristirahat. Sedangkan ayahku langsung berkeliling kebun untuk melihat apakah teh sudah bisa dipanen atau belum.

            "Ada di sana," kataku sambil menunjuk ke tempat ayahku sedang berjalan.

            "Kamu ini, persis ibumu,"

            Aku tersenyum.

            Selesai beristirahat, paman menyusul ayahku untuk ikut berkeliling. Ayahku tahu betul soal teh, ayah tahu teh mana yang sehat, sakit dan yang siap dipanen. Selain itu, ayah juga jeli merawat kebun teh milik paman. Kendati bukan miliknya, tapi rasa handarbeni terhadap kebun teh tetap ada dalam diri ayahku.

            Setiap berkeliling kebun, ayah selalu memberiku nasehat.

            "Apabila kita bisa menjaga dan merawat apa yang bukan milik kita, kita bisa menjaga sekaligus merawat apa yang akan kita miliki nanti," pesan ayah.

            Kata ayah, nasehat itu berasal dari ibuku.

*****

            Siang ini mulai mendung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun