Mohon tunggu...
Andrean
Andrean Mohon Tunggu... Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Bina Bangsa

Seseorang yang gemar menulis dan selalu ingin terus mendalami dunia kepenulisan baik Creative Writing, Factual Writing, dan Academic Writing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Krisis Keluarga Hirako

25 Maret 2025   23:17 Diperbarui: 25 Maret 2025   23:17 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: unsplash.com

Percakapan mereka berakhir, Hirako sebenarnya ingin meminjam sedikit uang pada Paman Takaeda. Namun, situasinya tidak mendukung dan harus mengurungkan niatnya. Sementara jam telah menunjukkan pukul 18.50 waktu makan malam tiba, kini Emilia sedang memasak di dapur kedai kecil mereka.

Cukup sederhana sebulan ini mereka hanya mengonsumsi telur dan sedikit sayur dengan berbagai macam pengolahan setiap harinya. Namun, hari ini Emilia akan menyajikan telur gulung manis khas Jepang pada suami dan anak tercintanya, si telur gulung manis Tamagoyaki  yang sederhana.

Keahlian Emilia memasak aneka sajian Jepang tidak perlu dipertanyakan, nyatanya ia kaya akan pengalaman sebagai juru masak selama 3 tahun di salah satu restoran Jepang. Sehingga membuat tamagoyaki tidaklah sulit baginya, bahkan sebelum menikah dulu Hirako pernah tergila-gila dengan masakan Emilia sewaktu masih bekerja.

Manis dan asin adalah ciri khas tamagoyaki, rasan khasnya berasal dari perpaduan gula dan garam. Namun, bahan yang wajib ada adalah mirin si bumbu dapur fermentasi beras ketan yang mengandung banyak gula kira-kira 40-50% dengan kandungan alkohol berkisar 14-20%.

Piring-piring kini telah tertata rapi di meja makan bundar depan kedai mereka, sup tahu bermangkok besar terlihat menggoda ditengah-tengahnya. Hirako dan Raka tengah duduk menunggu tak sabar dengan hidangan utama yang akan segera mereka nikmati, Emilia melangkahkan kakinya menuju meja sembari membawa tamagoyaki yang telah dibagi menjadi lima potongan dan siap tuk disajikan pada piring suami dan anaknya.

Kedai sepi nan hening namun terasa harmonis dan bermakna malam itu, serasa tidak pernah ada beban di dalam pikiran mereka, semuanya tampak menikmati apa yang ada di depan mata. Manis asinya tamagoyaki amat pandai memburamkan krisis keluarga itu secara ajaib lupa akan situasi yang tengah mereka hadapi saat ini.

Di keesokan hari, suhu kota Bandung yang dingin membawa semilir angin penuh kebisingan kendaraan bermotor di jalanan kota. Raka si remaja blasteran berkulit putih pucat itu menaiki angkot yang tengah terjebak macet. Ia sudah menghabiskan banyak waktu di jalanan kota yang sumpek hingga membuatnya telat 20 menit datang ke sekolah.

Beruntungnya jarak Raka saat ini hanya berkisar 15 meter saja dari sekolahnya SMAN Bandung Raya, ia tahu waktu terus berjalan tanpa toleran membuatnya memutuskan untuk turun dari angkot hijau bergaris merah itu dan lari tergesa-gesa pergi tuk memijakkan langkah kakinya di depan gerbang sekolah yang sudah ditutup Pak Syarif si satpam yang terkenal dengan sifat tegas dan disiplin. Raka kelelahan, napasnya kini naik turun tersendat-sendat, keringatnya mengalir dari pelipis ke dagu menetes menyentuh aspal, ia membungkuk menumpukan tangannya pada kedua lutut kakinya yang tampak lelah.

Dibalik gerbang pagar sekolah, Pak Syarif menatap Raka yang tengah kelelahan, tatapannya tajam seakan ingin menerkam dari kejauhan, Raka gugup melihat tatapan menyeramkan pak satpam bertubuh jangkung berisi berusia 60 tahun itu. Raka melangkah mendekati Pak Syarif yang tengah melipatkan kedua tangannya.

"Terlambat dua puluh menit lebih, kamu tahukan artinya apa?" Cetusnya tegas, tatapan satpam itu semakin menggila membuat tubuh raka bergetar ketakutan.

"Ta...tatapi pak sayaa.." Belum selesai berbicara, ucapan Raka dipotong seketika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun