"Sial! Tidak ada satu pun yang bisa kita telepon." Hirako mulai menggerutu kesal, kini apa yang harus mereka lakukan? keluarga itu memang sedang tidak memiliki satu keberuntungan atau secuil harapan apa pun.
Namun secara mengejutkan di tengah keputusasaan Hirako yang mengerutu, ponsel Raka mendengking keras menggema di dalam ruangan tamu rumah kecil mereka. Ekspresi lesu keluarga Hirako kini raib menjadi senyuman yang berpendar ketika Paman Takaeda menelepon balik setelah lebih empat kali berusaha mereka hubungi tanpa ada jawaban.
"Konnichiwa Hirako-San." Suara pria tua berusia 70 tahun menyahut Hirako dengan dialek Jepangnya yang khas itu dengan nada ceria, tipikal suaranya serak dan agak berat. Paman Takaeda tampaknya penuh rasa rindu yang tak terbendung.
Wajar saja pria tua itu sudah lama tidak berjumpa dengan Hirako dan keluarga, sepuluh tahun lamanya semenjak Tuan Hirako memutuskan hidup dan bekerja di Kota Bandung meninggalkan keluarga besarnya di Tokyo.
"Hallo paman, ke mana saja kau? Aku telah meneleponmu berulang kali. Atau jangan-jangan kau sedang asyik memancing seperti biasa?" Hirako menjawab salam Paman Takaeda dengan Bahasa Jepang yang masih sangat fasih.
"Oh iya hahaha... Kau masih ingat dengan rutinitas soreku setiap hari Rabu ya Hirako. Padahal semenjak kau di sana kita tidak pernah bertemu lagi."
"Sudah lama ya. Oh iya paman aku telah menelepon keluarga di Tokyo tapi mereka tidak menjawab. Apa mereka semua baik-baik saja?"
"Oh itu ya, ehmm, aku bingung harus menceritakannya dari mana, tapi si wanita petani sugih itu Hanaoka, bisninya telah limbung akibat kebakaran hebat ladangnya. Tak lama setelah itu dia terkena serangan jantung, meninggal. Ketiga anaknya kini tengah sibuk hidup masing-masing dengan nasib yang buruk, lalu saudaramu yang lain mereka mungkin baik-baik saja. Sepertinya mereka lupa memberi tahumu kalau mereka mengganti nomor ponselnya haha."
"Kami turut berduka cita paman, sungguh sangat disayangkan orang sebaik dia harus mengalami nasib seburuk itu." Percakapan mereka seketika hening. "Aku dan keluarga sebenarnya sangat ingin mengunjungi kalian ke Jepang tapi mau bagaimana lagi, kami tidak punya cukup uang. Bahkan aku telah di PHK." Suasana pembicaraan Hirako dan Paman Takaeda semakin serius ketika mereka membicarakan uang.
"Ah tak apa, kau pasti sangat penuh kesulitan Hirako, tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa selain menghabiskan sisa umur si tua bangka ini dengan memancing haha..." Takaeda bergurau sedikit mencairkan suasana. "Sepertinya aku harus segera bergegas pulang Hirako, kita lanjutkan percakapan ini lain kali saja ya."
"Oh iya baik paman, maaf telah mengganggu rutinitasmu hari ini. Semoga sehat selalu dan sampai bertemu jika ada kesempatan."